BOLASPORT.COM - Jeda pergantian musim menjadi momen sibuk bagi mekanik di MotoGP. Sederet daftar keluhan harus diatasi sebelum kompetisi mulai mengaspal.
MotoGP menjadi panggung bagi pabrikan-pabrikan motor dunia untuk menunjukkan kedigdayaannya. Inovasi pun menjadi rutinitas tanpa henti.
Keluhan dan kritik dari para pembalap pun menjadi santapan sehari-hari, lebih-lebih dalam masa persiapan menjelang musim kejuaraan yang baru.
Berkaca dari performa di MotoGP 2019, ada beberapa poin yang pantas menjadi perhatian para pabrikan demi meraih hasil lebih baik musim depan.
Setiap pabrikan tentu memiliki problemnya masing-masing. Lantas, apa saja masalah yang perlu diperbaiki oleh pabrikan-pabrikan di MotoGP.
Berikut BolaSport.com merangkum seperti dilansir dari Crash.net:
1. Honda
Keberhasilan menyapu bersih gelar juara di MotoGP (pembalap, tim, dan konstruktor) pada 2019 telah memberikan status motor pemenang kepada Honda RC213V.
Namun demikian, ada sebuah catatan minor di balik kesuksesan besar Honda merajai kejuaraan balap motor paling bergengsi tersebut.
Ambisi Honda menciptakan motor dengan top speed yang bersaing dengan kompetitor, Ducati, baru bisa dipahami oleh Marc Marquez.
Sebab, hanya Marquez yang dapat memaksimalkan tambahan tenaga sekaligus menjinakkan si kuda besi yang kini benar-benar liar.
Kurangnya feeling dengan bagian depan menjadi problem kolega Marquez di pabrikan asal Tokyo itu, terutama saat berusaha melibas tikungan.
Tugas membangun motor yang lebih mudah dikendarai menjadi pekerjaan rumah Honda. Apabila gagal, prestasi jomplang di antara rider Honda bisa kembali terulang.
2. Ducati
Kelemahan motor dalam berbelok menjadi masalah yang sejak lama dihadapi Ducati.
Karakter motor Desmosedici yang melesat bak kilat di trek lurus menjadi tidak berguna ketika dipakai membalap di sirkuit yang punya banyak tikungan.
Hasil yang dicapai musim lalu menjadi bukti. Kemenangan Ducati hanya diraih di sirkuit dengan trek lurus yang panjang seperti Losail, Mugello, dan Red Bull Ring.
Andrea Dovizioso menjadi salah satu pembalap yang vokal meminta perbaikan. Kabarnya, dia sampai bersitegang dengan General Manager Ducati Gigi Dall'Igna.
"Kami harus fokus dengan berbelok—karena bagian itu sangat, sangat buruk," kata Andrea Dovizioso. "Saya pikir sudah enam tahun saya berbicara masalah itu."
Mencari keseimbangan antara kecepatan di trek lurus dan tikungan tentu bukan hal mudah. Namun patut ditunggu trik yang dikeluarkan Ducati untuk mengatasinya.
3. Yamaha
Kemajuan pesat sudah dicapai Yamaha untuk bangkit dari masa-masa suram pada musim 2017 dan 2018.
Setelah sukses mengatasi perangkat elektronik yang membawa perbaikan dalam pemakaian ban dan akselerasi, Yamaha dihadapkan dengan satu masalah pelik.
Berkebalikan dengan Ducati, motor dengan kecepatan yang tinggi menjadi impian para pembalap Yamaha.
Kelemahan dalam aspek top speed membuat para pembalap Yamaha panas saat kualifikasi namun melempem ketika berduel dalam balapan.
Adu cepat memakai motor yang lebih lambat membuat rider Yamaha tidak berdaya disusul di trek lurus meski melesat di bagian sirkuit lainnya.
"[Harapan saya untuk musim 2020 adalah] motor Yamaha yang melaju 10 kilometer per jam lebih cepat di trek lurus," kata Valentino Rossi, dilansir dari La Gazzeta dello Sport.
"Kurang lebih seperti Honda dan Ducati. Akan tetapi saya sudah tahu kalau itu akan sulit diwujudkan."
4. Suzuki
Ketimbang pabrikan lain, aura positif terpancar dari garasi Suzuki Ecstar ketika tes pramusim MotoGP di Jerez selesai pada November lalu.
Pasalnya, baik Rins maupun Mir sama-sama memberi feedback positif terhadap mesin baru yang disiapkan Suzuki untuk kejuaraan musim depan.
"Kami bisa menentukan spek [mesin] musim depan," kata Manajer Tim Suzuki Ecstar Davide Brivio dengan percaya diri.
Artinya, pabrikan Hamamatsu bisa lebih fokus mengerjakan bagian lain seperti sasis ketika melakoni tes terdekat di Sepang pada awal Februari mendatang.
Faktor pembalap di sisi lain juga harus diperhatikan Suzuki.
Performa yang lebih apik dalam kualifikasi perlu dicapai Alex Rins agar lebih sering bersaing dengan grup pembalap terdepan.
Kemampuan Rins telah teruji dengan catatan dua kemenangan.
Namun, kualifikasi yang buruk—musim lalu hanya sekali Rins start dari baris terdepan—membuatnya jarang naik ke atas podium.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Gazzetta.it, crash.net |
Komentar