BOLASPORT.COM - Pelatih tunggal putra Indonesia, Hendry Saputra, memberi kritik kepada Jonatan Christie setelah takluk pada semifinal Kejuaraan Beregu Asia 2020.
Pil pahit didapat Jonatan Christie ketika menghadapi Lakshya Sen (India) pada partai kedua semifinal di Rizal Memorial Coliseum, Manila, Filipina, Sabtu (15/2/2020).
Jonatan Christie harus mengakui ketangguhan sang lawan dengan skor 18-21, 20-22.
Hasil minor Jonatan membuat Indonesia batal menggandakan keunggulan dari kemenangan Anthony Sinisuka Ginting pada partai pertama.
Baca Juga: Hasil Kejuaraan Beregu Asia 2020 - Ahsan/Hendra Menang, Indonesia Unggul 2-1
Kekalahan pemain berusia 22 tahun itu pun membuat Hendry Saputra angkat bicara.
Saat ditanya tentang kemungkinan Jonatan kurang pemanasan sebelum bertanding, Hendry merasa itu bukan alasan.
"Tidak ada alasan, seharusnya tidak boleh seperti itu," kata Hendry dikutip BolaSport.com dari Badmintonindonesia.org.
"Mau di kejuaraan apa pun, apalagi ini kejuaraan penting, harus siap, saya tidak mau ada alasan seperti itu," imbuhnya.
Baca Juga: Alasan Legenda Tinju Jagokan Anthony Joshua Jadi Juara Tak Terbantahkan
Pelatih berusia 38 tahun itu juga mengevaluasi penampilan Jonatan yang dinilai kurang santai dalam bermain.
"Kalau lihat penampilannya, Jonatan dievaluasi, kelihatannya kurang tenang, kelihatan beberapa kali dari servis yang gagal," ujar Hendry.
"Lawan bisa lihat situasi Jonatan yang lagi nggak maksimal, mainnya nggak keluar dan ada tekanan. Dia bisa ambil keuntungan dari keadaan Jonatan," ujarnya.
Hendry menggarisbawahi masalah mental bertanding sebagai penyebab kekalahan pemain kelahiran Jakarta tersebut.
Meski demikian, bagi Hendry hal tersebut tidak bisa dijadikan alasan.
"Bisa sama-sama kita lihat sendiri, tadi masalah di mentalnya. Kalau Jonatan merasakan ada beban, semua juga sama, merasakan beban," tutur Hendry.
"Ini jadi pelajaran baru bagi Jonatan."
Baca Juga: Kejuaraan Beregu Asia 2020 - Anthony Ginting Lega Bisa Simpan Tenaga
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | badmintonindonesia.org |
Komentar