Saat naik podium juara dan mendengarkan lagu Indonesia Raya dikumandangkan, barulah ia merasa haru dan bangga bisa mempersembahkan emas untuk Indonesia. Susy tak dapat menahan air matanya saat sang Merah Putih dikibarkan.
"Kemenangan pada Olimpiade itu beda dengan kejuaraan lain. Rasanya prestasi itu diakui dunia. Kami juga bisa mengangkat nama Indonesia di mata dunia. Saya ingat waktu sebelum juara, di athelete village banyak yang koleksi pin antar negara, tetapi nggak ada yang mau tukeran pin Indonesia sama saya,"aku Susy.
"Katanya dia tidak tahu Indonesia. Indonesia itu di mananya Bali? Begitu katanya. Sedih juga waktu itu. Namum, begitu saya dan Alan (Budikusuma) dapat emas dan Indonesia ada di urutan ke-21 daftar raihan medali, tanpa kami minta, mereka malah mencari, mau tukeran pin Indonesia. Dampaknya sampai begitu, orang lebih mengenal Indonesia," tutur Susy.
Baca Juga: Kejuaraan Beregu Asia 2020 - Sering Bertemu, Indonesia Sudah Kenali Pemain Malaysia
Menurut Susy, memenangkan medali emas Olimpiade tidak semudah memenangkan gelar pada kejuaraan lain. Sejak babak pertama, pemain akan merasakan aura yang berbeda pada Olimpiade. Bahkan, banyak hal aneh juga terjadi pada Olimpiade.
Malam sebelum final adalah yang paling berat dirasakan Susy. Saat itu, ia tak bisa tidur, tak bisa makan, ia ingin laga final cepat beralukarena begitu besarnya beban dan tekanan yang ia rasakan.
"Perasaan malam itu mata saya sudah dipejamkan, tetapi tetap tidak bisa tidur. Otak saya berpikir terus. Makan pun dipaksa demi jaga kondisi, padahal tidak nafsu makan sama sekali. Akhirnya malam itu saya cuma makan nasi pakai abon dan ikan asin, sama minum segelas susu," aku Susy.
"Mau tidur pun sampai bolak-balik, ke kamar, lalu ke luar lagi, begitu terus sampai tengah malam. Ketegangan ini harus diatasi, jangan sampai merugikan, harus bisa diatur," ucap Susy.
Sebelum bertanding, Susy juga meminta agar dirinya tidak diganggu. Diceritakan Susy, terkadang ada yang ingin bertemu atlet sebelum tanding dan ini bisa mengganggu persiapan serta konsentrasi atlet.
"Setiap atlet punya kebiasaan yang berbeda sebelum tanding, ada yang mendengarkan musik, ada yang menyendiri, ada yang berdoa. Kalau banyak ketemu orang, ada saja yang bilang, harus juara ya, harus dapat emas ya."
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | badmintonindonesia.org |
Komentar