Baca berita tanpa iklan. Gabung Bolasport.com+

Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kisah Susy Susanti Rebut Emas Olimpiade 1992 dari Tidak Bisa Tidur hingga Makan Ikan Asin

By Delia Mustikasari - Minggu, 16 Februari 2020 | 11:00 WIB
Peraih medali emas Olimpiade 1992, Susy Susanti, berkunjung ke kantor Kompas.com di Palmerah, Jakarta, untuk berbicara soal film Susi Susanti: Love All, Kamis (17/10/2019).
KOMPAS.COM/GARRY LOTULUNG
Peraih medali emas Olimpiade 1992, Susy Susanti, berkunjung ke kantor Kompas.com di Palmerah, Jakarta, untuk berbicara soal film Susi Susanti: Love All, Kamis (17/10/2019).

BOLASPORT.COM - Kisah sukses Indonesia pada Olimpiade memang tak bisa lepas dari nama Susy Susanti. Pebulu tangkis kelahiran Tasikmalaya, 11 Februari 1971 ini menjadi atlet pertama Indonesia yang meraih medali emas Olimpiade.

Pada laga final Olimpiade 1992 di Barcelona, Susy mengalahkan Bang Soo-hyun (Korea), dengan skor 5-11, 11-5, 11-3.

Kekalahan pada gim pertama sempat membuat Susy merasa heran, mengapa ia bisa diatur oleh lawan.

Padahal, Susy unggul jauh pada catatan rekor pertemuan dengan Bang. Saat memulai gim kedua, Susy berpikir keras, apa yang mesti ia lakukan. Maklum saja, kala itu pemain tidak boleh didampingi pelatih saat bertanding.

"Jangankan mendampingi, kalau teriak saja dari bangku penonton, bisa disuruh keluar stadion. Jadi benar-benar harus berpikir sendiri," kata Susy dilansir BolaSport.com dari Badminton Indonesia.

"Lalu saya coba, dan akhirnya bisa ke gim ketiga. Dari sini saya mulai yakin, saya lebih unggul fisiknya, dia enggak pernah menang lawan saya kalau rubber game. Ibaratnya saya ini mesin diesel, makin lama, makin panas," ucap Susy bercerita.

Setelah berhasil memenangkan emas pertama untuk Indonesia, hal pertama yang dirasakan Susy bukanlah haru atau bangga. Ia merasa bebannya selama enam tahun persiapan menuju olimpiade, akhirnya bisa ia lepaskan.

"Saya kalau juara enggak pernah selebrasi, rasanya pada Oimpiade itu pertama kalinya saya juara langsung teriak. Rasanya beban saya, tanggung jawab saya, lepas semua. Bayangkan pressure-nya, semua orang yang ketemu saya sebelum Olimpiade selalu bilang, Susy harus juara."

Baca Juga: Jadwal Final Kejuaraan Beregu Asia 2020 - Tim Putra Indonesia Berebut Gelar dengan Malaysia

Saat naik podium juara dan mendengarkan lagu Indonesia Raya dikumandangkan, barulah ia merasa haru dan bangga bisa mempersembahkan emas untuk Indonesia. Susy tak dapat menahan air matanya saat sang Merah Putih dikibarkan.

"Kemenangan pada Olimpiade itu beda dengan kejuaraan lain. Rasanya prestasi itu diakui dunia. Kami juga bisa mengangkat nama Indonesia di mata dunia. Saya ingat waktu sebelum juara, di athelete village banyak yang koleksi pin antar negara, tetapi nggak ada yang mau tukeran pin Indonesia sama saya,"aku Susy.

"Katanya dia tidak tahu Indonesia. Indonesia itu di mananya Bali? Begitu katanya. Sedih juga waktu itu. Namum, begitu saya dan Alan (Budikusuma) dapat emas dan Indonesia ada di urutan ke-21 daftar raihan medali, tanpa kami minta, mereka malah mencari, mau tukeran pin Indonesia. Dampaknya sampai begitu, orang lebih mengenal Indonesia," tutur Susy.

Baca Juga: Kejuaraan Beregu Asia 2020 - Sering Bertemu, Indonesia Sudah Kenali Pemain Malaysia

Menurut Susy, memenangkan medali emas Olimpiade tidak semudah memenangkan gelar pada kejuaraan lain. Sejak babak pertama, pemain akan merasakan aura yang berbeda pada Olimpiade. Bahkan, banyak hal aneh juga terjadi pada Olimpiade.

Malam sebelum final adalah yang paling berat dirasakan Susy. Saat itu, ia tak bisa tidur, tak bisa makan, ia ingin laga final cepat beralukarena begitu besarnya beban dan tekanan yang ia rasakan.

"Perasaan malam itu mata saya sudah dipejamkan, tetapi tetap tidak bisa tidur. Otak saya berpikir terus. Makan pun dipaksa demi jaga kondisi, padahal tidak nafsu makan sama sekali. Akhirnya malam itu saya cuma makan nasi pakai abon dan ikan asin, sama minum segelas susu," aku Susy.

"Mau tidur pun sampai bolak-balik, ke kamar, lalu ke luar lagi, begitu terus sampai tengah malam. Ketegangan ini harus diatasi, jangan sampai merugikan, harus bisa diatur," ucap Susy.

Sebelum bertanding, Susy juga meminta agar dirinya tidak diganggu. Diceritakan Susy, terkadang ada yang ingin bertemu atlet sebelum tanding dan ini bisa mengganggu persiapan serta konsentrasi atlet.

"Setiap atlet punya kebiasaan yang berbeda sebelum tanding, ada yang mendengarkan musik, ada yang menyendiri, ada yang berdoa. Kalau banyak ketemu orang, ada saja yang bilang, harus juara ya, harus dapat emas ya."

Baca Juga: Kejuaraan Beregu Asia 2020 - Tunggal Putra Indonesia Diminta Lebih Taktis

"Setiap esan itu diterimanya beda sama tiap atlet, saya pernah mengalami ini jadi saya tahu rasanya. Makanya sekarang, ini yang saya lakukan sama atlet, lebih dijaga sebelum masuk lapangan," ucap Susy.

Setelah meraih emas di Barcelona, semangat Susy tak padam. Ia tetap punya misi ingin mengulang sukses pada Olimpiade.

Pada Olimpiade Atlanta 1996, Susy meraih medali perunggu. Susy mengatakan bahwa ia tak pernah cepat puas akan apa yang sudah ia raih. Dia selalu punya keinginan dan target melebihi prestasi yang telah diraihnya.

"Kalau sudah pernah dapat emas Olimpiade satu kali, saya tetap mau lagi. Kalau bisa dua kali kenapa tidak? Semangat ini yang membuat saya bertahan dan lolos lagi ke Olimpiade empat tahun kemudian," kata Susy.

"Saat tahu Li Lingwei (China) punya rekor menang juara dunia terbanyak yaitu empat kali. Saya mau juga rekor begitu, lalu saya lewati rekornya dan juara dunia lima kali," ujar Susy.

Susy berharap kisahnya bisa menjadi motivasi dan suntikan semangat bagi para pebulu tangkis yang akan berlaga pada Olimpiade Tokyo 2020.

Kesiapan mental disebutkan Susy menjadi bekal utama bagi atlet yang berlaga di arena Olimpiade.

Pada ajang empat tahunan tersebut, atlet tak hanya berhadapan dengan lawan, tetapi juga harus bisa mengalahkan situasi dan diri sendiri.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Delia Mustikasari
Sumber : badmintonindonesia.org
REKOMENDASI HARI INI

Persib Ingin Ikuti Jejak Timnas Indonesia untuk Harumkan Sepak Bola Tanah Air

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Klasemen

Klub
D
P
1
Liverpool
12
31
2
Man City
12
23
3
Chelsea
12
22
4
Arsenal
12
22
5
Brighton
12
22
6
Tottenham
12
19
7
Nottm Forest
12
19
8
Aston Villa
12
19
9
Newcastle
11
18
10
Fulham
12
18
Klub
D
P
1
Persebaya
11
24
2
Persib
11
23
3
Borneo
11
21
4
Bali United
11
20
5
Persija Jakarta
11
18
6
PSM
11
18
7
PSBS Biak
11
18
8
Arema
11
18
9
Persita
11
18
10
Persik
11
15
Klub
D
P
1
Barcelona
14
34
2
Real Madrid
13
30
3
Atlético Madrid
14
29
4
Villarreal
13
25
5
Athletic Club
14
23
6
Osasuna
14
22
7
Girona
14
21
8
Mallorca
14
21
9
Real Betis
14
20
10
Real Sociedad
14
18
Klub
D
P
1
Napoli
13
29
2
Atalanta
13
28
3
Inter
13
28
4
Fiorentina
13
28
5
Lazio
13
28
6
Juventus
13
25
7
Milan
12
19
8
Bologna
12
18
9
Udinese
12
16
10
Empoli
12
15
Pos
Pembalap
Poin
1
J. Martin
404
2
F. Bagnaia
388
3
M. Marquez
320
4
E. Bastianini
320
5
B. Binder
183
6
P. Acosta
181
7
M. Viñales
163
8
F. Morbidelli
140
9
F. Di Giannantonio
139
10
A. Espargaro
136