"Saat bercerita dengan teman dari cabang olahraga lain, saya dilarang berpikiran demikian karena untuk masuk Olimpiade saja tidak gampang. Namun, di bulu tangkis tidak demikian," tuturnya.
"Misalnya Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir tidak dapat emas, pasti dibilang gagal juga," kata dia lagi, sambil mengacu ke kesuksesan Tontowi/Liliyana meraih emas Olimpiade Rio 2016.
Tim bulu tangkis Indonesia tetap berhasil membawa medali emas Olimpiade 2000, setelah Tony Gunawan/Candra Wijaya sukses memenangi partai final.
Kendati harus puas meraih medali perak, Hendrawan tetap menilai pengalamannya berlaga pada Olimpiade 2000 sebagai hal luar biasa.
Baca Juga: Gara-gara Tim Putra Indonesia Juara di Kejuaraan Beregu Asia 2020, Malaysia Gagal Cetak Sejarah
Hendrawan sadar bahwa Olimpiade di Sydney tersebut bisa menjadi Olimpiade pertama dan terakhirnya.
Hendrawan sudah berusia 28 tahun saat turun di Olimpiade Sydney. Dia juga tergolong terlambat masuk ke Pelatnas, yaitu saat sudah menginjak umur 21 tahun.
Karena itulah dia berusaha mengatur penampilannya sebaik mungkin.
"Saya sadar waktu saya tidak lama, jadi harus bisa mengatur performa puncak di kejuaraan penting, termasuk di Olimpiade," ujarnya.
"Tekanan di Olimpiade sangat besar karena harus menunggu empat tahun lagi saat gagal."
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Badminton Indonesia |
Komentar