BOLASPORT.COM - Mantan pebulu tangkis Indonesia, Hendrawan, mengaku sempat merasa terpuruk usai gagal membawa pulang medali emas Olimpiade 2000.
Hendrawan ketika itu berhasil melaju ke babak final nomor tunggal putra Olimpiade 2000 di Sydney, Australia.
Hendrawan bersua Xi Jinpeng (China) pada partai puncak. Sayangnya, nasib tak berpihak pada Hendrawan.
Hendrawan harus puas dengan raihan medali perak setelah kalah dua gim langsung dengan skor 4-15, 13-15.
Dikutip BolaSport.com dari wawancara Hendrawan dengan Badminton Indonesia, atlet kelahiran Malang itu mengatakan bahwa ia merasa gagal kala itu.
Apalagi, tim bulu tangkis Indonesia memang ditargetkan untuk membawa pulang medali emas.
"Di Indonesia, medali perak dan perunggu dari cabang bulu tangkis artinya gagal karena kita punya tradisi emas. Saya sendiri merasa gagal," kata Hendrawan.
Diakui Hendrawan, bercerita kepada rekan sesama atlet juga belum cukup untuk memulihkan perasaan tak mengenakkan tersebut.
Baca Juga: Satu Fakta Keren Usai Tim Putra Indonesia Menang di Kejuaraan Beregu Asia 2020
"Saat bercerita dengan teman dari cabang olahraga lain, saya dilarang berpikiran demikian karena untuk masuk Olimpiade saja tidak gampang. Namun, di bulu tangkis tidak demikian," tuturnya.
"Misalnya Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir tidak dapat emas, pasti dibilang gagal juga," kata dia lagi, sambil mengacu ke kesuksesan Tontowi/Liliyana meraih emas Olimpiade Rio 2016.
Tim bulu tangkis Indonesia tetap berhasil membawa medali emas Olimpiade 2000, setelah Tony Gunawan/Candra Wijaya sukses memenangi partai final.
Kendati harus puas meraih medali perak, Hendrawan tetap menilai pengalamannya berlaga pada Olimpiade 2000 sebagai hal luar biasa.
Baca Juga: Gara-gara Tim Putra Indonesia Juara di Kejuaraan Beregu Asia 2020, Malaysia Gagal Cetak Sejarah
Hendrawan sadar bahwa Olimpiade di Sydney tersebut bisa menjadi Olimpiade pertama dan terakhirnya.
Hendrawan sudah berusia 28 tahun saat turun di Olimpiade Sydney. Dia juga tergolong terlambat masuk ke Pelatnas, yaitu saat sudah menginjak umur 21 tahun.
Karena itulah dia berusaha mengatur penampilannya sebaik mungkin.
"Saya sadar waktu saya tidak lama, jadi harus bisa mengatur performa puncak di kejuaraan penting, termasuk di Olimpiade," ujarnya.
"Tekanan di Olimpiade sangat besar karena harus menunggu empat tahun lagi saat gagal."
"Musuh terbesar di Olimpiade adalah situasi dan kemauan. Harus semangat, tetapi tak boleh menggebu-gebu. Mengatur perasaan ini yang tak mudah," tuturnya lagi.
Hendrawan menebus lunas kegagalannya di Olimpiade pada Kejuaraan Dunia 2001. Kala itu, dia meraih medali emas.
Pria yang kini menjadi kepala pelatih tim bulu tangkis Malaysia itu juga menyumbang tiga medali emas Piala Thomas dan medali emas Asian Games dari nomor beregu.
Baca Juga: Tekad Cheam June Wei Usai Kalahkan Jonatan Christie pada Final Kejuaraan Beregu Asia 2020
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Badminton Indonesia |
Komentar