BOLASPORT.COM - Indonesia tengah mengajukan bidding sebagai tuan rumah Olimpiade 2032 menyusul kesuksesan sebagai tuan rumah Asian Games dan Asian Para Games 2018.
Komite Olimpiade Internasional (International Olympic Committee/IOC) menerapkan metode berbeda dalam pemilihan tuan rumah Olimpiade.
IOC melakukan pendampingan langsung ke negara-negara yang berminat daripada memilih salah satu dari banyak kandidat.
"Indonesia akan merasakan proses pendampingan Olimpiade kedua dari IOC. Proses pertama dilakukan pada Olimpiade Musim Dingin 2030," kata Presiden NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari ditemui BolaSport.com di Gedung NOC Indonesia, Senayan, Jakarta.
"Sistemnya tidak beauty contest. Misalnya ada tujuh negara yang ikut, enam kalah, 1 menang. Itu yang mereka hindari," ucap Okto (sapaan akrab Raja Sapta Oktohari).
Sebelum resmi melakukan bidding masih banyak pekerjaan lain yang harus dikerjakan.
"Contohnya, negara kompetitor kita yang terbesar adalah Australia di Brisbane. Mereka sudah siap sampai ke visibility study dengan diantar langsung oleh pimpinan negaranya (perdana menteri) ke IOC. Itu menunjukkan keseriusan mereka," tutur Okto.
"Negara lain adalah unifikasi Korea yang cukup serius untuk ikut proses bidding Olimpiade 2032. Yang lain lagi kemungkinan India. Tetapi, dua negara sebelumnya yang saya sebut sudah pernah menjadi tuan rumah Olimpiade baik summer maupun winter."
India akan menjadi kompetitor Indonesia di wilayah Asia. Meski begitu, Okto masih percaya diri.
Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020 Akan Terasa Berbeda bagi Kontingen Indonesia
"Kalau kita bersaing dengan India seharusnya pengalaman dari Asian Games dan Asian Para Games bisa jadi acuan. Presiden IOC Thomas Bach sudah melihat keseriusan Indonesia menjadi tuan rumah saat berkunjung kesini," ucap pria berusia 44 tahun tersebut.
"Dari situ saya pikir peluangnya cukup besar. Tetapi, peluang itu harus diikuti dengan keseriusan dari kita. Kami dari NOC berkomunikasi langsung dengan pemerintah supaya proses pra bidding ini bisa kami selesaikan," tutur Okto.
Oktohari menyatakan bahwa NOC Indonesia tidak mungkin membuat visibility study karena harus melibatkan banyak stake holder.
"Tidak mungkin kalau dari kami. Kami tidak sanggup. Harus ada lintas kementrian. Semuanya hanya bisa dilakukan oleh presiden karena presiden harus koordinasi dengan semua kementrian. Dengan kemenpora, kami sudah intensif dan kami masih menunggu."
"Mudah-mudahan pekan ini dapat kabar bisa dirataskan. China adalah negara pertama yang memberi dukungan kepada kami menjadi tuan rumah Olimpiade 2032," aku Oktohari.
Baca Juga: Raja Sapta Oktohari Ingin Indonesia Jadi Tuan Rumah Olimpiade 2032
"Saya berangkat ofisial untuk mengunjungi NOC China dan NOC pertama yang kami kunjungi sebelum virus Corona merebak. Saya lihat China bisa menjadi patokan keberhasilan dari Olimpiade sebelumnya. Mereka langsung memberi dukungan penuh bahkan komitmen untuk memberikan fasilitas tambahan."
Selain Asian Games dan Asian Para Games, salah satu kekuatan Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 adalah relawan.
"Volunteer kita dipakai di Tokyo dan Filipina karena mereka cukup aktif. Mereka mendapat sambutan positif dari IOC, selain itu juga sustainability. Dia melihat bahwa GBK dipakai pada Asian Games 1962 dan dipakai lagi pada Asian 2018," tutur Oktohari
Okto selanjutnya akan melakukan promosi saat Olimpiade Tokyo 2020.
"Pada tokyo 2020, semua negara berkumpul disitu. Tinggal masalahnya kami ingin mengundang siapa. Ini sudah identifikasi," kata Okto.
Baca Juga: Langkah Pertama Raja Sapta Oktohari Setelah Terima Jabatan Ketua KOI
"IOC member namanya sudah jelas. Kami undang mereka datang kesana. Baru kampanyekan kepada mereka ini loh wajah Indonesia pada 2032 saat menjadi tuan rumah Olimpiade. Kami kejar pemerintah, kami sudah dapat tempatnya tinggal masalah pembayaran."
Olimpiade Tokyo 2020 akan digelar pada 24 Juli-9 Agustus mendatang.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar