BOLASPORT.com - Perkembangan penyakit virus corona (COVID-19) yang belum menunjukkan tanda-tanda penurunan, malah sebaliknya, jumlah masyarakat yang terinfeksi semakin bertambah dan angka kematian semakin meningkat, kini menjadi isu global yang sedang dicari solusinya.
Renata Melati Putri
Kabar baiknya, angka pasien yang sembuh juga meningkat.
Menurut agen media asal Belanda, BNO News, terhitung sejak Januari sampai Februari, jumlah penderita coronavirus yang kembali sehat meningkat lebih tinggi daripada peningkatan pasien yang wafat, meskipun, angka pasien yang baru menderita penyakit ini tumbuh sangat tinggi.
Setidaknya, sudah 31 negara dan satu kapal pesiar, Diamond Princess, yang menyatakan menemukan kasus positif virus yang masih satu keluarga dengan virus penyebab SARS dan MERS tersebut.
Hal ini mendorong badan kesehatan dunia WHO untuk menyatakan status darurat kesehatan global dan mengimbau ditingkatkannya kerja sama antarnegara untuk mengatasi coronavirus.
WHO juga menyatakan membutuhkan dana sekitar 9 triliun rupiah untuk menemukan vaksin yang tepat.
Sayangnya, pengembangan vaksin ini bisa memakan waktu hingga dua tahun walau kerja sama global telah bahu-membahu dalam mengembangkan vaksin untuk virus ini.
Beberapa sektor ekonomi telah mengalami kerugian, termasuk sektor bisnis, transportasi, dan pariwisata.
Pemerintah Cina telah menutup objek-objek pariwisata, termasuk Tembok Besar Cina dan Kota Terlarang di Beijing.
Sektor industri pun mendapat pukulan keras. Wuhan yang pomerupakan salah satu pusat industri Cina, akhirnya bertekuk lutut karena serangan coronavirus.
Baca Juga: Bertandang ke Napoli, Barcelona Harus Jalani Pemeriksaan Virus Corona
Baru-baru ini, Bank Indonesia (BI) merevisi pertumbuhan ekonomi nasional yang dipelajari dari perkiraan pemulihan ekonomi dunia pasca COVID-19.
Dalam pernyataannya, BI memperkirakan akan terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia, dari 5,1-5,5 persen ke 5-5,4 persen.
Meski demikian, para ekonom memprediksi bahwa ekonomi Indonesia akan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2021.
Tertundanya Jadwal Pertandingan Olahraga di China
Mewabahnya virus corona ternyata tidak hanya menghantam sektor ekonomi dan politik China, tapi juga telah melumpuhkan sektor olahraga di negara tersebut.
Seluruh pertandingan liga sepak bola China harus diberhentikan sementara setidaknya sampai ada pernyataan resmi dari otoritas kesehatan sebagai bentuk pencegahan penyebaran virus ini.
Tidak hanya pemain-pemain asli China yang terdampak COVID-19, bintang Shanghai SIPG, Marko Arnautovic, juga akhirnya harus mengubur impiannya untuk kembali berlaga di Liga Inggris dikarenakan isu corona yang berdekatan dengan penutupan jadwal transfer pemain.
Beberapa tim olaharaga China yang kini telah berada di luar negeri juga harus dikarantina untuk memastikan kondisi kesehatan para pemain.
Salah satunya, tim nasional sepak bola wanita China yang saat ini juga harus dikarantina dalam sebuah hotel di Sydney sebelum memulai pertandingan kualifikasi Olimpiade Tokyo mendatang.
Selain itu, otoritas Hong Kong juga memutuskan untuk menunda gelaran Hong Kong Premier League musim ini.
Hal ini berkaitan dengan regulasi penanganan infeksi corona yang merekomendasikan penutupan seluruh tempat rekreasi termasuk di dalamnya adalah venue pertandingan olahraga.
Para perwakilan klub pun mulai mendesak pemerintah Hong Kong untuk memberikan subsidi kepada mereka, karena keadaan finansial klub juga ikut terpukul karena tidak ada pemasukan untuk musim ini.
Tidak hanya kegiatan olahraga domestik, virus corona juga menyebabkan banyak pertandingan internasional yang direncanakan digelar di China harus mengalami banyak perubahan.
Baca Juga: Virus Corona Merambah Italia, Laga Inter Vs Ludogorets Digelar Tanpa Penonton
Tercatat, beberapa pergelaran seperti Winter X Games, Alpine Skiing World Cup, Diving World Series, Tour of Hainan, ITF Fed Cup, dan World Athletics Indoor Championship harus ditunda perhelatannya atau direlokasi ke negara lain yang lebih aman dari corona.
Perubahan agenda keolahragaan dunia ini mengingatkan kita pada wabah SARS di tahun 2003. Saat itu, Piala Dunia Sepak Bola wanita yang seharusnya diadakan di China, terpaksa pindah ke Amerika Serikat tiga bulan sebelum jadwal yang telah ditetapkan.
Pada saat itu pula, Kejuaraan Dunia Balap Sepeda harus dipindahkan ke Jerman.
Sayangnya, keadaan di tahun tersebut harus memaksa Kejuaraan Dunia Ice Hockey Wanita dibatalkan.
Ancaman Coronavirus pada Olimpiade Tokyo 2020
Mengenai Olimpiade Tokyo 2020 yang sudah tinggal lima bulan lagi, Komite Olimpiade Internasional (IOC) sedang menjalin komunikasi intensif dengan WHO mengenai isu corona ini.
Wabah ini diketahui juga telah mengganggu agenda kualifikasi menuju Olimpiade Tokyo.
Sebelum dipindahkan ke kota Sydney, ajang kualifikasi sepakbola wanita awalnya direncanakan untuk diadakan di Wuhan, yang merupakan pusat penyebaran virus corona ini.
Kemudian, Asosiasi Sepakbola China (CFA) memindahkannya ke kota Nanjing pada awal tahun ini. Beberapa waktu lalu, CFA juga langsung menyatakan untuk mundur sebagai penyelenggara pertandingan ini, sehingga kualifikasi Grup B dipindahkan ke Sydney.
Baca Juga: Virus Corona Sampai di Italia, Pertandingan Italian Junior 2020 Dihentikan
Pertandingan kualifikasi tinju juga terkena dampak yang sama. Acara yang seharusnya dijadwalkan bulan Februari mendatang, terpaksa harus diundur ke bulan Maret dan diadakan di Amman, Jordan.
Selain itu, kualifikasi pertandingan bola basket wanita juga harus dipindahkan ke Belgrade, Serbia.
Pihak penyelenggara Olimpiade Tokyo sedang serius berkoordinasi menyiapkan skenario cadangan jika jadwal upacara pembukaan harus diundur dari jadwal sebelumnya.
Ironisnya, Olimpiade Tokyo 2020 ini sebenarnya telah banyak menyedot perhatian karena banyaknya inisiatif-inisiatif baru yang dilakukan oleh panitia penyelenggara.
Penjualan tiket untuk menghadiri pertandingan di Olimpiade Tokyo ini juga menunjukkan angka yang signifikan dibandingkan perhelatan Olimpiade sebelumnya.
Media sosial Jepang sempat digemparkan oleh isu kemungkinan Olimpiade Tokyo akan dibatalkan sebelum akhirnya dibantah langsung oleh walikota Tokyo, Yuriko Koike.
Baca Juga: Jelang Olimpiade 2020, Eko Yuli Irawan Fokus Hindari Cedera
Melihat sejarah SARS yang dibutuhkan waktu sekitar tujuh bulan untuk memberantas penyakit ini, besar kemungkinan jika COVID-19 dapat menggoyahkan mental panitia penyelenggara Tokyo 2020.
Ditambah lagi dengan fakta di mana Jepang secara resmi menjadi negara dengan jumlah korban terinfeksi COVID-19 terbanyak kedua setelah China, setelah tambahan 634 orang penderita dari kapal pesiar Diamond Princess.
Jika saja Olimpiade Tokyo batal, hal ini akan menjadi torehan pertama dalam sejarah panjang pergelaran olahraga akbar ini. Sebelumnya ada beberapa Olimpiade yang terpaksa harus dibatalkan karena Perang Dunia Kedua.
Jika itu terjadi, bisa dikatakan dampak virus corona ini benar-benar dahsyat.
Namun, masih ada secercah harapan untuk para penggemar Olimpiade. Menurut penelitian, penyakit sejenis Pneumonia biasanya tidak dapat bertahan lama di cuaca panas.
Bisa saja virus corona saat ini berkembang sangat cepat karena bertepatan pada musim dingin di bumi belahan utara.
Sebelumnya, Olimpiade Rio tahun 2016 juga sempat diguncang oleh virus zika yang ditularkan melalui gigitan nyamuk.
Hal ini menyebabkan banyak atlet yang batal berlaga di Olimpiade tersebut. Pada kenyataannya, virus ini tidak memberikan ancaman signifikan terhadap Olimpiade Rio 2016.
Kebijakan Olahraga Pemerintah Indonesia terhadap Virus Corona
Pemindahan agenda pertandingan ini juga banyak dipengaruhi oleh travel warning yang dikeluarkan secara serentak menyusul himbauan dari WHO.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri juga mengeluarkan travel warning untuk memastikan keamanan warga negara Indonesia.
Menyusul kebijakan tersebut, per 31 Januari 2020, Kementerian Pemuda dan Olahraga juga mengeluarkan himbauan larangan untuk berpartisipasi pada kejuaraan apapun yang diadakan di Cina.
Peraturan ini juga melarang untuk melakukan try out dan training camp di China sampai dikeluarkannya kebijakan baru dari pemerintah Indonesia.
Peraturan ini juga berlaku untuk seluruh Dinas Pemuda dan Olahraga serta Komite Olahraga Nasional Indonesia di daerah untuk tidak memberangkatkan tim olahraga mereka ke Cina dalam rangka persiapan menuju PON 2020 di Papua.
Selain himbauan larangan bagi tim-tim lokal, beberapa waktu lalu, Kemenpora juga melayangkan surat kepada panitia penyelenggara FIBA Asia yang juga berisikan himbauan untuk menunda jadwal kualifikasi yang diikuti oleh Korea Selatan dan Filipina.
Kemenpora pun sudah mulai ‘was-was’ dengan ASEAN Para Games di Filipina yang sebelumnya sempat diundur dikarenakan ketidaksiapan panitia penyelenggara.
Pergelaran ini akhirnya harus ditunda –untuk kedua kalinya-- sebagai tindakan pencegahan virus corona yang juga sudah berkembang di Filipina.
Kemenpora menyatakan, akibat masalah tersebut, terdapat pembengkakan dana pelatnas untuk persiapan ASEAN Para Games, yang optimalnya hanya dapat mendukung atlet-atlet hingga Maret 2020.
Tidak menutup kemungkinan jika akhirnya Kemenpora mempertimbangkan untuk mundur dari ASEAN Para Games karena keterbatasan dana.
Terlebih lagi, Kemenpora juga harus menyiasati pengeluaran negara untuk menyiapkan dana darurat bila ternyata Olimpiade Tokyo juga harus ditunda.
Renata Melati Putri merupakan analis kebijakan olahraga dan peneliti di Ganesport Institute, bergelar Master in International Sport Development and Politics dari German Sport University Cologne
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Ganesport |
Komentar