"Salah satu kelebihan atlet Jepang itu pantang menyerah. Momota juga sosok yang pintar di lapangan. Dia bisa membaca kondisi di lapangan. Misalnya, musuh lagi bagus di sini, dia mengatasinya bagaimana. Musuh terlihat capek, dia tahu apa yang harus dilakukan."
"Semua orang pasti kiblatnya Momota karena peringkat satu dunia. Tetapi, saya juga harus mewaspadai pemain lain,"aku Anthony.
Anthony mencontohkan performa pemain peringkat bawah yang bermain nothing to lose saat bertemu dirinya.
Baca Juga: Anthony Tetap Tak Remehkan Lawan meski Momota Absen pada All England 2020
"Mereka berpikir, kalah tidak apa-apa, menang bagus. Jadi, saya harus lebih all out. Sebisa mungkin jangan lengah saat bertemu pemain ranking atas saya atau di bawah saya. Pasti semua orang ingin mengalahkan pemain di atasnya," ucap Anthony.
Pemain berusia 23 tahun tersebut membuka kalender kompetisi 2020 dengan gelar pada Indonesia Masters 2020.
Anthony juga tampil gemilang pada Kejuaraan Beregu Asia 2020 dengan selalu menyumbang poin bagi Indonesia hingga akhirnya tim Merah Putrih keluar sebagai juara.
"Masih ada yang harus dibenahi, evaluasi, lebih baik lagi. Apalagi sebenarnya saat bermain bagaimana kita bisa menutupi kekurangan saja. Tetap ada kelemahan, tetapi bagaimana caranya agar kekurangan tidak diserang lawan," ucap Anthony.
Baca Juga: Fajar Alfian Nilai Persaingan All England Open 2020 Tetap Terbuka
"Setelah juara, saya lebih pede. Tetapi, saya tidak mau terlalu memikirkan harus jadi juara. Kalau saya belajar dari tahun lalu (Indonesia Masters), fokus untuk memberi yang terbaik dan enjoy menikmati pertandingan."
Anthony selanjutnya akan mengikuti All England Open 2020 yang digelar di Birmingham, Inggris pada 11-15 Maret.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar