Pasalnya, perubahan jadwal event olahraga paling bergengsi itu akan berpengaruh kepada jadwal latihan para atlet, termasuk dirinya.
"Semua orang ingin Olimpiade tetap terlaksana, tetapi apa Rencana B IOC jika ternyata hal itu tak terjadi? Adanya kemungkinan lain akan berdampak pada latihan saya," tutur Stefanidi.
"Saya mungkin sedang mengambil risiko yang tidak perlu seandainya saya tahu IOC punya rencana alternatif."
"Para atlet harus memutuskan apakah harus mempertaruhkan kesehatan sendiri untuk berlatih atau tidak," ucapnya lagi.
Baca Juga: IOC Tak Berikan Tenggat Waktu Soal Pembatalan Olimpiade 2020
Pendapat serupa dikemukakan juara dunia heptathlon (sapta lomba) asal Inggris, Katarina Johnson-Thompson.
Johnson-Thompson mengatakan ia merasa tertekan jika harus terus berlatih sepulang dari Prancis yang tengah menerapkan penguncian total.
"IOC menganjurkan atlet terus berlatih, tetapi pemerintah menerapkan kewajiban isolasi diri di rumah. Trek, gym, dan area publik juga tutup," ucap Johnson-Thompson.
"Saya merasa tertekan untuk terus berlatih. Tidak mungkin menjaga rutinitas yang sama," tuturnya.
Pantauan BolaSport.com dari situs worldometers.info, Rabu (18/3/2020), sudah ditemukan 198.712 kasus positif virus corona di seluruh dunia.
Dari angka ini, sebanyak 7.989 orang meninggal dunia dan 82.779 pasien dinyatakan pulih.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah menetapkan virus corona sebagai pandemi global.
Baca Juga: Sebanyak 69,9 Persen Warga Jepang Setuju Olimpiade Tokyo 2020 Ditunda Karena COVID-19
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Japan Times |
Komentar