Setidaknya pada laga tersebut ada lebih dari 45.000 orang yang memadati Stadion San Siro, termasuk juga suporter Valencia yang bertandang.
Laga tersebut terpaksa digelar di Stadion Giuseppe Meazza karena markas Atalanta di Atleti Azzurri d’Italia, Bergamo, tidak lolos standar UEFA untuk menggelar laga Liga Champions.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini - Satu Dekade Berlalu Sejak Persipura Ditumbangkan Juara Liga Jepang
Chilling (????????) Q&A with the man leading the fight against coronavirus in a Bergamo hospital.
On how it got so bad there: "My view: 40,000 bergamaschi going to the San Siro for Atalanta vs Valencia on Feb 19. In buses, trains, cars. A biological bomb.”https://t.co/20rgArkEda
— Daniel Friebe (@friebos) 21 March 2020
Profesor Fabiano Di Marco, lekarz z Bergamo, uważa, że lutowy mecz LM między Atalantą a Valencią był wielkim katalizatorem koronawirusa. 40 tys. ludzi z regionu Lombardii przemieszczało się na stadion. Kibicowało na trybunach i w barach. Nazwał to obrazowo - bombą biologiczną. pic.twitter.com/xIw89pxt8i
— Łączy Nas Pasja (@LaczyNasPasja) 23 March 2020
Dukungan rakyat Bergamo membuahkan hasil dengan Atalanta berhasil menang 4-1 atas Valencia pada laga leg pertama tersebut.
Namun di sisi lain, Bergamo menjadi salah satu wilayah paling terdampak virus Corona bersama Milan dan Brescia di Lombardy.
Hingga Selasa (24/3/2020), Italia menjadi negara paling terdampak virus Corona setelah China dengan total 63.927 kasus dengan kematian mencapai 6.077 orang.
Lombardy menjadi wilayah dengan jumlah kematian terbanyak.
Sempat muncul video viral yang memperlihatkan truk-truk militer Italia mengangkut jasad korban tewas akibat virus Corona sedang antre di depan krematorium.
DEADLIEST NATION: With 427 deaths in the last 24 hours, the human toll of the coronavirus in Italy has reached 3,405, surpassing China — with new video showing Italian military trucks transporting coffins from the city of Bergamo's overloaded cemeteries. https://t.co/aB78C8ZcH0 pic.twitter.com/B9k74zzNUa
— World News Tonight (@ABCWorldNews) 19 March 2020
Dr. Fabiano di Marco juga menjelaskan sulitnya menjelaskan ke orang-orang betapa bahayanya virus yang dihadapi saat ini.
"Ya, bahkan di rumah sakit sekalipun. Setiap departemen punya dunianya sendiri. Pernah saya menemui seorang dokter yang berada di satu ruangan bersama ayahnya yang berusia 88 tahun terkena virus Corona.," ujarnya.
Editor | : | Bagas Reza Murti |
Sumber | : | football-italia.net, Corriere della Sera |
Komentar