BOLASPORT.COM - Perjuangan gelandang Arema FC, Hanif Abdurrauf Sjahbandi yang sudah mengikuti seleksi tim nasional dari U-13 hingga timnas senior menuai hasil manis melalui kerja keras.
Pemain yang dikenal dengan Hanif Sjahbandi lahir di Bandung, Jawa barat, pada 7 April 1997, dari pasangan Ronny Sjahbandi dan Tya Aryasyah.
Pemain yang memperkuat Arema FC dari 2017 itu bermain sepak bola sejak kecil, walaupun Hanif Sjahbandi pertama kali mengenal olahraga bola dari futsal.
Baca Juga: Tetap Kuat dan Semangat untuk Wander Luiz dari Tira Persikabo
Gelandang yang menjadi andalan Arema FC itu memulai mengnal sepak bola saat Sekolah Dasar (SD), bahkan saat itu ia kesukaannya terhadap futsal berakhir gelar.
Hanif Sjahbandi yang besar di Jakarta itu memang tak mampu membawa timnya meraih gelar juara, namun saat mewakili SD Al-Azhar pada 2007, timnya keluar sebagai runner-up kejuaraan futsal SD se-Jakarta.
Tapi pemain berusia 22 tahun itu bisa membawa klubnya keluar sebagai juara pada tahun berikutnya 2008, bahkan Hanif mampu menggondol gelar top score.
Mengetahui bakat luar biasa yang dimiliki Hanif Sjahbandi, kedua orang tuanya pun memasukkan putranya ke Asian Soccer Academy (ASA) untuk mempertajam kemampuan anaknya.
Namun, siapa sangka ternyata Hanif Sjahbandi jago menggiring bola awalnya dari menonton sebuah film kartun berbau sepak bola.
“Ya, awalnya main bola dari kecil memang suka main di tambah suka nonton film kartun yang berbau bola, terus di sekolah pun main, ikut turnamen juga antar sekolah,” kata Hanif Sjahbandi saat dihubungi BolaSport.com.
“Dari situ orang tua mulai mengikutsertakan saya di sekolah sepak bola,” ucapnya.
Setelah bergabung dalam ASA, pada tahun 2007, Hanif sukses membawa ASA U-12 menjuarai ajang ASA Tournamen 2007.
Baca Juga: Kata Pemain Persija Jakarta Tentang Rencana Pemotongan Gaji 25 Persen
Hebatnya lagi dalam beberapa bulan timnya bisa keluar sebagai juara di Can U Kick It Tournament, Bangkok, Thailand.
Setelah bergabung di sekolah sepak bola, Hanif Sjahbandi mulai rajin mengikuti kompetisi kelompok usia di dalam ataupun di luar negeri, bahkan hal itu tak terhitung gelar yang diraihnya,
Bahkan pada 2009 Hanif terbang ke Inggris untuk mengikuti Manchester United Soccer School (MUSS) dan terpilih ikut World Skil Final Manchester United.
Hanif bersama dengan 17 anak yang terpilih bahkan sempat merasakan berlatih di Carrington, training ground Manchester United saat itu.
Melalui pengalaman dan kesuksesn itu pun membuat Hanif mulai mengikuti berbagai seleksi timnas Indonesia untuk bisa memperkuat skuad kebanggaan Tanah Air.
Ternyata perjuangan pemain yang suka membaca buku dan menonton film hingga bisa menjadi pemain timnas Indonesia itu tak begitu saja.
Proses perjuangan yang dilalui Hanif Sjahbandi itu dilakukan dari ia masih berusia 13 tahun hingga saat ini berusia 22 dan masuk dalam jajaran skuad timnas senior Indonesia.
Hanif Sjahbandi mengaku mengikuti seleksi untuk bisa memperkuat timnas Indonesia dari usia yang cukup muda, dan hingga saat ini pun ia selalu mengikuti seleksi.
“Beberapa kali saya mengikuti seleksi timnas, Alhamdulillah berbuah manis dan lolos. Saya memulai seleksi timnas dari U-13, U-14, U-16, U-19, U-23, dan hingga saat ini (senior),” ujar Hanif.
Tak berhenti disitu, Hanif juga sempat menjalani trial di Stoke City pada tahun 2011, mencicipi latihan di Jove Espanol dan S.S. Reyes, Spanyol pada tahun 2012-2013, serta trial di FC Tokyo, Jepang pada pertengahan 2016.
Walaupun saat itu ia tak lolos, pengalaman itu mampu mematangkan kemampuannya sebagai pemain berbakat hingga menjadi seperti ini.
Hanif Sjahbandi pun saat ini menjadi salah satu pemain andalan tim berjulukan Singo Edan dengan kemampuan luar biasa yang dimilikinya.
“Setelah itu ikut tim Persipasi Bandung Raya di turnamen Piala Presiden 2015, lalu ke Persiba Balikpapan 2016, dan setelah itu Liga 1 pertama kali 2017 ikut Arema FC, Alhamdulillah sampai sekarang,” katanya.
Dari usia dini hingga sekarang, tentu pengalaman dan merasakan berbagai macam karakter pelatih pernah dirasakan oleh Hanif Sjahbandi.
Namun, dengan pengalaman itu pun yang mampu membuat Hanif terus berkembang dan maju karena bisa mengenal setiap karakter saat bermain di tengah lapangan hijau.
“Banyak pengalaman yang saya dapat tentunya, tidak hanya dari segi teknis di lapangan, dari tata cara mengahadapi pemain dan budaya mereka. Dan selalu ada sisi positif yang bisa di ambil dari semua itu,” ucap Hanif.
Bermain sebagai pemain sepak bola profesional tentu Hanif mengalami pasang surut selama kariernya.
Bahkan ia pun tak jarang menerima kritikan dari para penggemarnya yang merasa kecewa saat ia berada di lapangan.
Namun meski begitu, Hanif enggan menjadikan sebuah beban kritikan yang kurang bisa diterima oleh dirinya, karena baginya semua orang memiliki hak untuk mengritik.
Apalagi untuk pemain sepak bola nasional, kritikan positif ataupun negatif yang disampaikan masyarakat harus diterimanya untuk membuat ia lebih baik lagi kedepannya.
“Ya biasa sebenarnya, kalau memang kiritik baik bisa di terima, tapi kalau ada kritik yang tidak bisa di anggap lewat begitu saja,” katanya.
“Namun bagi saya kritik itu adalah hak mereka. Mau komentar seperti apapun itu hak mereka, itu penting buat saya. Kalau mereka mengeritik saya itu artinya mereka peduli terhadap saya,” tutur Hanif Sjahbandi.
Editor | : | Metta Rahma Melati |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar