Menurut mereka, keputusan tersebut sangat tidak menghargai kesepakatan kontrak yang telah dilakukan antara tim dengan pemain.
Selain itu, PFAM juga menilai bahwa para pemain memiliki tanggung jawab lebih terhadap keluarganya di tengah wabah COVID-19.
Dengan demikian, keputusan untuk mengurangi gaji pemain di situasi saat ini adalah hal yang mustahil.
"Para pemain punya tanggung jawab berbeda ketika tidak sedang bertanding," ujar Presiden PFAM, Safee Sali, dilansir Bolasport.com dari Zing.
Baca Juga: Andrea Dovizioso Sempat Berharap Marc Marquez Bakal Pindah dari Repsol Honda
"Mereka butuh dana lebih untuk membiayai keluarga mereka. Tidak semua pemain punya gaji tinggi padahal pendapatan sangat penting di situasi saat ini," katanya lagi.
Reaksi PFAM terhadap kebijakan pemotongan gaji sama persis dengan apa yang ditunjukkan oleh Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI).
APPI merasa keberatan jika klub-klub peserta liga diizinkan untuk memotong gaji para pemainnya.
Baca Juga: COVID-19, Eks Pemain Persija Sebut Kesehatan Indonesia Lebih Penting dari Kompetisi
Melalui kuasa hukumnya, Riza Hufaida, APPI berharap PSSI meninjau kembali SK yang telah dikeluarkan.
"PSSI mau meninjau kembali SK tersebut dan kami para pihak duduk bareng untuk membicarakan win-win solution terhadap masalah ini," kata Riza saat dihubungi BolaSport.com, Sabtu (28/3/2020).
"Kalau ditanya yang adil berapa kami maunya 100%, kalau mau ngomong situasi ini force majeure liga mau berhenti sementara dan kemudian ini akan merevisi kontrak namanya kan dan harus ada tanda tangan para pihak, klub tanda tangan, kami APPI tanda tangan kami bikin amandemen," ucap Riza.
Editor | : | Nungki Nugroho |
Sumber | : | zing.vn |
Komentar