"Orang-orang saat ini benar-benar menyadari apa yang penting dalam hidup. Terkadang kita tersesat dalam perjalanan hidup, memikirkan ambisi kita, dan segalanya. Membuat kita melupakan hal-hal yang sangat penting seperti keluarga, teman, orang yang dicintai, dan kesehatan," kata dia meneruskan.
Baca Juga: Satu Keunggulan Valentino Rossi Bikin Jorge Lorenzo Frustrasi Saat Jadi Rival
Tyson Fury sempat mengalami periode kelam dalam hidupnya lantaran depresi pada rentang tahun 2015-2018.
Masalah kesehatan jiwa tersebut pernah membawa Fury terperosok ke titik terendah dalam hidupnya dan menjadikannya sosok alkoholik, penggunaan obat-obatan terlarang, serta mengalami kenaikan berat badan secara ekstrem.
Selama bergulat dengan depresi, Fury pun kehilangan tiga sabuk juaranya yakni WBA, WBO, dan IBO.
Fury baru kembali bertinju pada akhir tahun 2018 dengan menghadapi Wilder.
Meski cuma mendapat hasil imbang, laga tersebut cukup untuk mengembalikan Fury ke jalan hidup yang benar.
Kini, petinju berusia 31 tahun itu sudah kembali menyandang status juara dunia kelas berat dari WBC.
Baca Juga: Pengembangan Motor MotoGP Mungkin Akan Dibekukan hingga Musim 2022
"Hal itu (pandemi Covid-19) telah membangunkan saya karena saya adalah salah satu dari orang-orang yang menjadi korban, selalu mengejar hal-hal, dan selalu ingin melakukan hal-hal besar, saya tidak pernah duduk di rumah, saya ingin keluar dan menjadi aktif," ucap Fury.
"Kini, dalam beberapa minggu saya menjalani karantina, saya jadi punya waktu untuk fokus pada hal-hal yang sangat penting dalam hidup saya."
"Saya pikir, saya akan kembali ke orang yang berbeda dan saya pikir saya akan memiliki pola pikir yang berbeda," tutur dia lagi.
Editor | : | Diya Farida Purnawangsuni |
Sumber | : | TalkSport.com |
Komentar