BOLASPORT.COM - Karier Romario de Souza Faria prematur di Barcelona. Kurun satu setengah musim di Barca sudah cukup merangkum perjalanan karier yang mencakup dua unsur: kegemilangan dan kontroversi.
Romario didatangkan klub raksasa Liga Spanyol, Barcelona, setelah tampil fantastis bareng PSV Eindhoven bermodal gelar raja gol Liga Belanda selama tiga musim.
Kala itu, Barcelona di bawah asuhan Johan Cruyff sedang dalam proyek membangun tim impian.
Pada 1993, jadilah Romario bergabung dengan pilar-pilar beken semacam Hristo Stoichkov, Michael Laudrup, Ronald Koeman, hingga pemuda lokal, seperti Josep “Pep” Guardiola dan Jose Mari Bakero.
Disokong barisan bintang itu, Romario langsung meledak di musim pertama.
Saat pertama kali bergabung, ia berjanji akan mencetak 30 gol musim tersebut dan Piala Dunia akan menjadi miliknya bersama timnas Brasil.
Baca Juga: Kisah Diego Maradona di Barcelona: Termahal Dunia, Hepatitis, sampai Penghormatan Real Madrid
Baca Juga: Kisah David Beckham, Ikon Rupawan Man United yang Batal Jadi Legenda Terbesar
Baca Juga: Kisah Duet Maut Ronaldo dan Christian Vieri di Inter, antara Impian dan Penyesalan
Baca Juga: Barcelona Bidik Zlatan Ibrahimovic KW buat Alternatif Lautaro Martinez, Lebih Murah Rp703 M
Sesuai janjinya, dia sanggup merangsek 30 gol dalam 33 partai Liga Spanyol 1993-1994.
Gelar kampiun di kancah domestik semakin lengkap dengan predikat pemain tersubur musim 1993-1994.
Hingga tibalah momen yang mengganggu harmoni Romario dengan klub Catalan: Piala Dunia 1994.
Bersama timnas Brasil, Romario menepati satu lagi janjinya dengan menjuarai turnamen antarnegara sejagat. Romario jadi bintangnya.
Setelah Piala Dunia kelar, sang bintang meminta jatah libur musim panas tambahan.
Sekembalinya dari liburan, kondisi fisiknya ambyar dan jauh di bawah standar.
Situasi diperkeruh dengan seringnya Romario terlambat datang latihan. Semua itu berefek pada penurunan performa.
Di musim keduanya, Romario cuma mencetak empat gol sampai pertengahan musim.
Pintu keluar dari Barca terbuka seturut kabar dirinya ingin pulang ke Brasil karena alasan personal.
Baca Juga: Bukan Inter Milan, Ini Klub Paling Sadis Ganti Pelatih di Serie A: 25 Orang dalam 25 Tahun!
“Saya ingin para pemain menampilkan yang terbaik. Jika Romario tak bahagia di sini dan ingin pulang, saya tak tertarik lagi kepadanya,” ucap Cruyff ketika itu, seperti dikutip BolaSport.com dari Independent.
Palu pun diketuk. Romario hijrah ke klub Brasil, Flamengo, pada Januari 1995.
Walau petualangannya di Barca tergolong singkat, dia boleh dibilang pionir kehadiran pemain ofensif asal Brasil di Camp Nou pada era modern.
Tradisi itu yang kemudian diteruskan Ronaldo, Rivaldo, Ronaldinho, hingga Neymar.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | BolaSport.com, independent.co.uk |
Komentar