"Keuntungannya lebih kepada pemain, bisa mendapatkan pertandingan yang berkualitas dan penonton juga dapat tontonan yang berkualitas juga," kata dia menambahkan.
Baca Juga: Viktor Axelsen Tebar Kabar Gembira Jadi Ayah Lewat Media Sosial
Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Budi itu mengatakan bahwa keuntungan yang diterima PP PBSI hanya berasal dari penjualan tiket, setelah dikurangi dengan biaya pengeluaran yang tidak tertutup oleh sponsor.
"Bahkan kalau levelnya BWF Super 100 seperti Indonesia Master, kadang kami malah nombok. Apalagi kalau situasi seperti ini tetap digelar, tambah besar nomboknya karena tidak semua pengeluaran ditanggung sponsor, berbeda dengan Indonesia Open,” ujar Budi.
“Apalagi, saat ini untuk mencari sponsor tidak mudah, cashflow-nya semua tersendat. Untuk Indonesia Master, dari tiket bisa menutupi biaya sewa gedung saja (sekitar Rp 3 miliar) sudah bagus," tutur Budi lagi.
Baca Juga: Rencana Duel Anthony Joshua vs Tyson Fury pada 2020 Masih Tanda Tanya
Turnamen terakhir yang digelar BWF pada tahun ini ialah All England Open 2020, 11-15 Maret lalu.
Indonesia berhasil membawa pulang satu gelar juara melalui pasangan ganda campuran Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.
Sementara itu, pasangan ganda putra nomor satu dunia Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo hanya bisa menjadi runner-up setelah dikalahkan Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe (Jepang) untuk kali keenam secara beruntun.
Editor | : | Diya Farida Purnawangsuni |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar