Kenangan buruk itu dialaminya ketika melakoni laga tandang melawan Persim Maros di Sulawesi Selatan pada 2003 silam.
Baca Juga: Manfaatkan Jeda Liga 1 2020 dan Ramadan, Bek Persebaya Jualan Takjil
Menurut Ony, timnya sudah mendapatkan teror dari pendukung tuan rumah sejak turun dari pesawat.
"Mungkin mereka beranggapan saat main di Jogja juga diperlakukan tidak enak, padahal tidak," ujar Ony.
Tak berhenti sampai di situ, para pemain Laskar Mataram juga mendapat intimidasi pada malam hari ketika sedang bersantai di lobi hotel.
Teror itu semakin memuncak kala pertandingan berlangsung. Para suporter Persim Maros merangsek ke dalam lapangan dan menyerang semua pemain dan ofisial PSIM.
"Saya kena lempar batu di bagian pelipis, Abda Ali juga terluka di bagian kepala. Ada juga yang terkena pukulan suporter tuan rumah," kenang Ony.
Baca Juga: Liverpool Punya Satu Masalah yang Tak Kunjung Dibenahi oleh Klopp
Kacaunya keadaan sampai membuat pemain PSIM saat itu, Zaenal Arifin, menangis dan takut untuk melanjutkan pertandingan.
"Itu pertandingan paling gila sepanjang perjalanan karier saya," kata Ony.
Ony resmi mengakhiri kariernya di lapangan hijau bersama PSIM lewat sebuah laga perpisahan yang digelar pada 17 November 2017 silam.
Pertandingan itu resmi menutup perjalanan panjangnya selama 16 tahun membela PSIM yang juga menjadi satu-satunya tim yang pernah ia bela.
Editor | : | Hugo Hardianto Wijaya |
Sumber | : | jogja.tribunnews.com |
Komentar