"Di Honda yang penting adalah motor itu yang menang bukan Rossi. Jadi, mereka memberhentikannya, itulah cara pandang mereka," imbuh pria berusia 71 tahun itu.
Pria yang juga pernah menjadi manajer Rossi itu menilai Honda menyesal akan hal itu karena mereka tidak mampu lagi menjadi juara dunia hingga muncul nama Nicky Hayden dan Casey Stoner.
"Honda kemudian sangat menyesalinya, pengecualian untuk Hayden, karena setelah itu mereka gagal merebut gelar juara dunia hingga munculnya Casey Stoner," ucapnya.
Melalui kesalahan itulah, tim berlogo sayap tunggal itu berusaha untuk tidak lagi kehilangan talenta terbaik yang mereka miliki saat ini dalam diri Marc Marquez.
Pabrikan asal Jepang tersebut terkesan sangat bergantung sekali dengan rider berjulukan The Baby Alien itu hingga mereka memberikan kontrak baru hingga akhir 2024 mendatang.
Rasa ketergantungan Honda juga tampak dari pengembangan motor RC213V mereka yang menurut beberapa media sangat Marquez-sentris.
Hingga akhir musim lalu, hanya Marc Marquez saja yang mampu membawa RC213V meraih kemenangan, sementara rekan setimnya Jorge Lorenzo dan Cal Cructhlow (LCR Honda) tak bisa berbuat banyak.
"Menurut pendapat saya, Honda telah merenungkan kesalahan-kesalahan itu dan saya berpikir itulah yang terjadi dengan Marc Marquez saat ini," imbuhnya.
"Ini melampaui pemikiran normal, Honda telah berlutut di depan Marquez, dan siapa pun yang datang di sisinya di masa depan hanya akan selalu menjadi pembalap kedua," ucapnya mengakhiri.
Baca Juga: Singgung Kontrak Marquez, Dovizioso Disindir Bos Repsol Honda
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Paddock GP |
Komentar