"Yang satu teledor, lalu ditegur oleh partnernya dan merasa tidak terima. Dia merasa tanpa kehadirannya pun mereka tidak bisa juara," tutur Richard.
Baca Juga: Tontowi Ahmad Sempat Kaget dengan Status sebagai Pemain Magang
"Hal-hal seperti ini sebenarnya akarnya pada masalah komunikasi karena toh mereka punya tujuan yang sama," ucapnya.
Agar persoalan tidak berlarut-larut, Richard Mainaky dan asisten pelatih, Nova Widianto, meminta Kabid Binpres PBSI saat itu, Rexy Mainaky, mendatangkan psikolog.
"Saya dan Nova sudah berbicara dengan mereka, tetapi hasilnya tidak terlalu bagus. Jadi saya mengajukan ke Rexy untuk mendatangkan psikologi yang menengahi mereka," ujar dia.
"Akhirnya, psikolog PBSI, Rachman Widohardhono, ditugaskan menangani mereka. Dari situ mulai digali dan Tontowi bersama Liliyana berbicara banyak, mulai ada pengertian, dan komitmen," kata Richard lagi.
Hasil konseling dengan psikolog tersebut diperkuat dengan pemusatan latihan Tontowi/Liliyana di Kudus, Jawa Tengah.
Richard meminta bantuan eks pemain legendaris Indonesia, Christian Hadinata, unuk memberikan nasihat bagi keduanya.
"Ada perkataan Koh Chris (sapaan akrab untuk Christian Hadinata) yang berdampak besar, terutama untuk Tontowi. Beliau bilang Tontowi/Liliyana itu belahan jiwa. Semua yang mereka lakukan akan berpengaruh untuk berdua," tuturnya.
Baca Juga: Richard Mainaky Ungkap 2 Faktor yang Mendorong Tontowi Ahmad Pensiun
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Badminton Indonesia |
Komentar