Baca Juga: Sejarah Inter Milan, Raih 2 Gelar Beruntun di Tanggal yang Sama
Guttmann baru tiba pada 1959 dan melakukan revolusi masif dalam skuad Benfica.
Ia memecat 20 pemain senior dan mempromosikan banyak pemain bertalenta hebat dari tim junior Benfica. Hasilnya malah mengerikan.
Benfica lolos ke final dengan selalu menang atas lawannya melalui selisih agregat minimal 3 gol.
Saat pertandingan puncak digelar, prediksi Barca bakal menang mudah dibuktikan oleh gol pembuka Sandor Kocsis pada menit ke-21.
Namun, kendali laga berpindah setelah Benfica membalikkan kedudukan menjadi 2-1 melalui gol kapten Jose Aguas (31') dan bunuh diri Antoni Ramallets (32') dalam interval sangat singkat.
Masuk babak kedua, Mario Coluna mencetak gol ketiga Sang Elang melalui tembakan voli fantastis dari luar kotak penalti.
Lesakan hebat itu dia lakukan sembari menahan sakit akibat patah hidung setelah insiden tabrakan dengan pemain lawan di babak pertama.
Coluna menjalani sebagian besar pertandingan dengan kondisi hidung patah.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Uefa.com |
Komentar