"Dengan kondisi yang seperti ini (pandemi virus corona) dan waktu yang sangat mepet, apakah masih mungkin kita jual pada sponsor untuk membuat turnamen baru?," tutur Hasani pesimistis.
Hasani melanjutkan opsi realistis adalah melanjutkan kompetisi yang sudah ada yang akan dilanjutkan sekitar bulan September.
Dengan begitu kontrak yang sudah terbangun dengan pihak sponsor tidak harus diubah.
Hasani menambahkan sepak bola Indonesia tidak bisa mencontoh Liga Jerman atau liga-liga Eropa lain yang berjalan tanpa penonoton.
Pasalnya, sebagian besar klub sepak bola Indonesia masih menggantungkan pendapatan dari penjualan tiket penonton.
"Indonesia tanpa penonton, bisa miskin semua. Klub itu mendapatkan subsidi tidak besar. Kalau rata-rata pengeluaran klub Rp20 miliar, subsidinya cuma 5 miliar."
"Artinya dari mana pemasukannya lagi?. Dari tiket atau sponsor lokal. Sponsor lokal kalau tidak ada penonton juga tidak mau untuk mensponsori, jadi jangan berpikir bisa membuat pertandingan tanpa penonton di Indonesia," tutur Hasani.
Baca Juga: Piala Asia U-19 2020, Rival Bebuyutan Timnas Indonesia Bakal TC di Timur Tengah
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | YouTube |
Komentar