Sebab, titel tersebut merupakan cara dia menjawab cita-cita ayahnya.
"Saat masih kecil, saya punya mimpi untuk jadi juara dunia. Ayah saya pun juga punya mimpi yang sama," kata Tontowi.
Hal tersebut yang membuat Tontowi sempat emosional saat mengunci titel juara dunia tujuh tahun lalu.
"Begitu juara, yang pertama teringat ya adalah ayah saya. Saya sempat menangis karena tersadar kalau bisa mewujudkan cita-cita beliau," tutur dia melanjutkan.
Baca Juga: Hendra Setiawan Berminat Jadi Pelatih Setelah Pensiun, tetapi...
Tontowi/Liliyana ketika itu harus melewati perjuangan keras untuk mendapat medali emas Kejuaraan Dunia 2013.
Mereka harus bermain tiga gim melawan pasangan nomor satu dunia kala itu, Xu Chen/Ma Jin (China) sebelum menang dengan skor 21-13, 16-21, 22-20.
Meski mendulang banyak prestasi, Tontowi mengaku tidak pernah terlalu memikirkan sederetan pencapaian yang ia raih saat berkarier.
Ia justru baru tersadar ketika memutuskan gantung raket.
"Waktu masih bermain sejujurnya saya tidak pernah berpikir soal gelar yang sudah saya dapatkan," ucap pemain jebolan PB Djarum itu.
"Baru setelah pensiun dan melihat prestasi saya dijabarkan, baru saya berpikir, lho ternyata prestasi saya banyak juga," tutur dia lagi.
Baca Juga: Alasan Ratchanok Intanon Minati Seni Fotografi Selain Bulu Tangkis
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Badminton Unlimited |
Komentar