BOLASPORT.COM - Mantan striker timnas Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto, menceritakan pengalamannya menangis di angkot demi masuk sekolah sepak bola (SSB).
Kurniawan Dwi Yulianto merupakan salah satu penyerang dengan insting mencetak gol menakutkan yang pernah dimiliki Indonesia.
Ketika masih aktif sebagai pemain, Kurniawan Dwi Yulianto pernah membela berbagai klub di Tanah Air seperti Persija Jakarta, PSM Makassar, PSPS Pekanbaru, hingga Persebaya Surabaya.
Pria yang pernah punya julukan Kurus ini juga sempat bermain di Eropa bersama Sampdoria dan FC Luzern.
Baca Juga: Cerita Kurniawan Dwi Yulianto yang Pernah Masuk Tim Inti Sampdoria
Berbagai prestasi pernah disabet, mulai dari Juara Liga Indonesia musim 1999-2000, 2003-2004, dan 2008-2009.
Di kancah internasional, Kurniawan membawa timnas Indonesia menjadi runner up Piala AFF pada tahun 2000 dan 2004.
Di balik semua pencapaian Kurniawan Dwi Yulianto terdapat kisah yang menarik.
Pria kelahiran 13 Juli 1976 itu sempat dilarang ayahnya bermain sepak bola.
Ayah Kurniawan hanya mengizinkannya menjadi atlet bulu tangkis.
Menurut sang ayah sepak bola dirasa tidak mempunyai masa depan yang baik.
"Sebenarnya orang tua melarang karena pulang sekolah main bola, waktu ngaji juga main bola," kata Kurniawan Dwi Yulianto dikutip BolaSport.com dari Garuda Nusantara.
"Mulai dari situ, almarhum bapak mungkin kesal ya, sudah dimarahi tetap bandel."
"Bapak bilang kalau kamu suka olahraga, lebih baik main bulu tangkis. Soalnya waktu itu bulutangkis sedang top-topnya," imbuh Kurniawan.
"Sepak bola itu buat orang tua zaman dulu bukan dianggap sesuatu yang mempunyai masa depan cerah, Jadi, bapak saya membawa ke sekolah bulu tangkis di Magelang," ucap Kurniawan.
Demi keinginan bermain sepak bola, Kurniawan bahkan harus menangis di angkot agar ayahnya mau mendaftarkan dia ke sekolah sepak bola.
"Mungkin memang jalannya saya ke sepak bola. Jadi, waktu akan latihan bulu tangkis, ternyata tempat latihan tutup. Dalam perjalanan pulang lihat ada spanduk dibuka sekolah sepak bola di Magelang," ucapnya.
"Di dalam angkot saya menangis minta turun, mungkin bapak saya malu melihat saya menangis, akhirnya mau tidak mau turun dan mendaftarkan saya ke SSB tersebut."
Saking tidak suka melihat anaknya bermain bola, ayah Kurniawan juga sempat enggan membelikan dia sepatu sepak bola.
Pria yang kini menjabat sebagai pelatih klub Malaysia, Sabah FA, itu terpaksa membeli sepatu dengan uang dari jerih payahnya sendiri.
"Bapak bilang saya tidak mungkin jadi pemain bola, sampai saya harus cari sepatu bola sendiri," ucap Kurniawan.
"Saya mulai mengumpulkan uang jajan sekolah dan minta tambahan almarhum nenek saya untuk beli sepatu bola."
Baca Juga: Liga Bergulir Lagi, Legenda Kiper Indonesia: Supaya Otak Pelatih Tidak Beku
Kerja keras Kurniawan akhirnya terbayar dengan berhasil membawa timnya meraih juara tingkat Jawa Tengah.
Prestasi itu berujung luluhnya sang ayah dan merelakan Kurniawan meniti karier sebagai pemain sepak bola.
"Penuh perjuangan, sampai akhirnya SSB saya mampu menjuarai kejuaraan se-Jawa Tengah," katanya.
"Mulai dari situ, karena saya masuk koran, saya tunjukkan ke bapak. Karena saya kapten, jadi di koran saya terlihat yang memegang piala."
"Mungkin dari situ beliau cukup bangga sehingga akhirnya mulai menyutujui saya bermain bola," tutup eks asisten pelatih timnas Indonesia itu.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : |
Komentar