BOLASPORT.COM - Atlet bridge nasional, Henky Lasut, menghembuskan napas terakhir di RSUP Kandouw, Manado, Sulawesi Utara, pada Jumat (12/6/2020).
Henky Lasut, maestro cabor permainan 52 kartu Indonesia asal Sulawesi Utara itu, berpulang dalam usia 72 tahun.
Henky Lasut yang membentuk duet legendaris bersama iparnya, Eddy Manopo, sebelumnya sempat menjalani perawatan sejak awal Mei lalu.
Henky dirawat di bagian Pusat Jantung Pembuluh Darah dan Otak Terpadu RSUP Kandouw.
Baca Juga: Cara Praveen/Melati Jaga Kondisi dan Lawan Kejenuhan di Pelatnas
"Papa sebenarnya akan masuk ICU kembali setelah sempat menjalani perawatan di kamar sebagaimana juga penyampaian dokter dan perawat, namun Tuhan berkehendak lain," kata putrinya, Elvita Lasut, yang juga dikenal sebagai pebridge putri Indonesia.
Mengulas bridge Indonesia memang tak lengkap tanpa menyebut nama Henky di dalamnya.
Awalnya Henky berpasangan dengan Max Agouw sebelum dengan Eddy. Dari segudang prestasi internasional, pencapaian tahun 2014 menjadi titik puncak kiprah atlet bridge Indonesia.
Saat itu, impian Henky dan Eddy terwujud dengan menjadi juara dunia bridge di kategori pasangan senior pada Kejuaraan Dunia Bridge di China.
Baca Juga: Pada Olimpiade Tokyo 2020, Eko Yuli Irawan Bertekad Lampaui Rekor Sendiri
"Bangga rasanya selama menjalani karier di bridge, kami bisa menjadi juara dunia," kata Henky saat itu.
Kesuksesan tahun 2014 itu didapatkan dengan perolehan nilai hanya beda tipis dari pasangan Amerika Serikat.
Henky/Eddy dengan 55,3 persen sementara duet AS, Lall Hemant/Milner Reese, mengoleksi 54,72 persen.
Posisi ketiga diklaim duo Polandia, Apolinary/Jacek, dengan 54,47 persen.
Nama Indonesia di cabor ini pun kian menguat. Dalam sejarah perjalanan ajang bridge dunia, Indonesia masuk kategori 5 besar dunia.
Baca Juga: Dipulangkan PB PASI, Lalu Muhammad Zohri Berlatih Sendiri di Rumah
Sebenarnya, peluang untuk menjadi juara dunia terbuka pada setahun sebelumnya, 2013.
Hanya, saat event Kejuaraan Dunia di Denpasar, Bali, Henky/Eddy menolak memperkuat Indonesia sebagai bentuk protes akibat kisruh di PON XVIII Riau 2012.
Saat itu, Sulut merasa dirugikan akibat peraturan pertandingan berubah, meski saat itu Sulut sudah mengoleksi 2 emas lewat Henky/Eddy dan Bill Mondigir/Elvita Lasut.
"Tetapi, terlepas dari itu, Indonesia patut berbangga karena akhirnya bridge lolos dan bisa dipertandingkan di Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang," kata atlet bridge Sulut, Chris Hombokau.
Baca Juga: Asian Games 2018 - Bridge Kembali Sumbang 2 Medali Perunggu untuk Indonesia
Ketua KONI Sulut, Kolonel (inf) Theo Kawatu, ikut merasakan duka cita mendalam setelah kepergian Henky.
Apalagi, Henky direncanakan tetap akan menjadi mentor sekaligus andalan bagi bridge daerahnya di ajang PON.
"Meski sudah menjadi atlet kelas duniua, namun kalau untuk PON, Pak Henky selalu konsisten mempersembahkan medali emas untuk Sulut," kata Theo.
Selain tetap dalam lingkaran bridge, hingga akhir hayat Henky juga masuk dalam struktur KONI Sulut sebagai Wakil Ketua.
Baca Juga: Timnas U-19 Indonesia Diharapkan Bisa Angkat Martabat Bangsa di Piala Dunia U-20 2021
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar