"Selain itu, dengan Essien, pemain yang pada saat itu harganya jutaan, saya membayangkan Lampard, Essien, dan Chelsea, tidak ada banyak bergerak. Jelas saya akan memiliki menit saya, untuk pemain penting di musim sebelumnya, tetapi sangat sulit untuk menjadi starter dalam tim," ujarnya.
"Dan pilihannya datang dari Lyion, juara Prancis empat kali, tim yang bermain di Liga Champions, tempat saya bisa mulai, di mana pelatih sangat menginginkan saya sehingga dia menelepon saya setiap waktu, setiap hari... Saya membuat keputusan untuk pergi," ujar eks pemain timnas Portugal itu.
Baca Juga: Hanya Sekali Menang dalam 630 Menit, Stefano Pioli Pelatih Terburuk Kedua AC Milan
Tiago mengatakan saat itu, Mourinho tidak menginginkannya pergi. Tiago juga mengatakan bahwa Mourinho akan menjadikannya pemain penting.
"Sampai pada titik ketika dia memanggil saya dan mengatakan bahwa saya akan menjadi pemain penting, bahwa saya akan menjadi pilihan pertama untuk setiap dari tiga posisi lini tengah, baik Makalele, Essien, atau Lampard, jadi saya tidak pergi. Saya berkata bahwa saya akan berpikir, tetapi saat itu saya sudah membuat keputusan," ujar Tiago.
"Saya merasa penting. Adakah keinginan pemain untuk merasa penting, untuk bermain. Pada usia itu saya ingin berman, seorang pemain selalu berpikir dia layak mendapatkan lebih dari apa yang dia miliki dan saya tidak dapat membantu mengatakan bahwa Lyon membayar saya lebih banyak uang daripada Chelsea. Saya pikir semuanya sempurna dan saya memutuskan untuk pergi," ujarnya.
Tiago bermain di Lyon hingga 2007. Kemudian ia pindah ke klub Italia, Juventus.
Ia bermain di Juventus hingga 2011. Setelah itu dia bermain untuk Atletico Madrid.
Editor | : | Metta Rahma Melati |
Sumber | : | ghanasoccernet.com |
Komentar