BOLASPORT.COM - Lawan timnas U-16 Indonesia di Piala Asia U-16 2020, Arab Saudi, pernah mengundurkan diri dari edisi 1990 karena kasus kejahatan misterius yang belum terpecahkan.
Timnas U-16 Indonesia akan berlaga dalam gelaran Piala Asia U-16 2020 di Bahrain pada 25 November hingga 12 Desember mendatang.
Tim Garuda Asia menjadi satu-satunya wakil Asia Tenggara yang mendapat kesempatan untuk tampil dalam turnamen tersebut.
Lewat drawing yang dilakukan oleh AFC pada Kamis (18/6/2020), Indonesia ditempatkan di Grup D bersama tiga mantan juara Piala Asia U-16.
Pasukan Bima Sakti harus berjuang di grup neraka bersama dengan Arab Saudi, China, dan Jepang.
Baca Juga: Witan Sulaiman Debut Starter, FK Radnik Surdulica Imbang di Laga Terakhir Liga Serbia
Dalam edisi-edisi sebelumnya, timnas U-16 Indonesia belum pernah berada satu grup dengan China dan Jepang.
Sementara dengan Arab Saudi, ini adalah pertemuan ketiga Indonesia di fase grup.
Dua pertemuan sebelumnya terjadi pada gelaran Piala Asia U-16 edisi 1986 dan 1988.
Indonesia seharusnya juga bertemu dengan Arab Saudi di fase grup ketika mengikuti Piala Asia U-16 1990.
Hanya saja, Arab Saudi yang berstatus sebagai juara bertahan terpaksa mengundurkan diri dari turnamen itu.
Baca Juga: Ada Juara UFC Rela Pindah Divisi demi Hadapi Khabib Nurmagomedov
Pengunduran diri Arab Saudi dari Piala Asia U-16 1990 merupakan buntut dari kasus kejahatan misterius yang terjadi satu tahun sebelumnya.
Kasus yang dinamai sebagai Kasus Berlian Biru ini bermula dari Kriangkrai Techamong, seorang pekerja Thailand yang bekerja sebagai tukang bersih-bersih di Istana Pangeran Faisal bin Fahd di Arab Saudi.
Dilansir Bolasport.com dari BBC, pada 1989, Pangeran Faisal dan keluarganya tengah liburan ke luar negeri selama tiga bulan.
Kriangkrai yang sedang dililit utang menggunakan kesempatan itu untuk mencuri 30 kg perhiasan milik Pangeran Faisal yang disimpan di kamar tidurnya.
Perhiasan yang dicurinya meliputi Berlian Biru, salah satu permata paling langka yang ada di dunia.
Baca Juga: Valtteri Bottas: Kesalahan Kecil Bisa Berakibat Fatal pada Musim 2020
Selama sebulan, Kriangkrai berusaha memindahkan perhiasan-perhiasan itu dari istana ke Thailand menggunakan kapal yang sudah dibayarnya.
Ketika pencurian itu disadari, Kriangkrai sudah berlayar untuk kembali ke negara asalnya.
Di Thailand, Kriangkrai bisa meloloskan permata yang dicurinya dengan menyuap petugas bea cukai.
Akan tetapi, Kriangkrai segera tertangkap pada 1990 oleh kepolisian Thailand yang sudah dihubungi oleh Arab Saudi.
Mereka pun bergerak cepat untuk mengumpulkan kembali perhiasan yang sudah dijual oleh Kriangkrai dan mengembalikan ke Arab Saudi.
Baca Juga: Strategi Terbaca Lawan, Marcus/Kevin Variasikan Gaya Main
Di titik ini, permasalahan justru semakin pelik.
Dalam perhiasan yang dikembalikan oleh kepolisian Thailand, tidak terdapat Berlian Biru yang sangat langka itu.
Bahkan, sebagian besar perhiasan yang dikembalikan ternyata palsu.
Persoalan kian rumit setelah beberapa hari kemudian beredar foto istri pejabat Thailand yang menggunakan perhiasan mirip dengan koleksi Pangeran Faisal.
Arab Saudi memutuskan untuk melakukan investigasi sendiri dengan mengirim dua diplomat dan satu pengusaha.
Akan tetapi, mereka semua justru dibunuh oleh orang tak dikenal.
Baca Juga: Theo Hernandez Berterima Kasih ke AC Milan karena Menyelamatkan Kariernya
Arab Saudi kemudian mengirimkan diplomat berpengalaman, Mohammed Said Khoja, untuk melakukan investigasi secara terbuka.
Di hadapan wartawan, Khoja blak-blakan menuduh kepolisian Thailand telah memalsukan perhiasan dan membunuh pada diplomat sebelumnya.
"Polisi di sini lebih berkuasa ketimbang pemerintah," ucap Khoja kepada New York Times pada September 1994.
Investigasi ini berujung pada penangkapan Kepala Investigasi dari kepolisian Thailand, Chalor Kerdthes, yang terbukti melakukan pembunuhan kepada diplomat Arab Saudi.
Chalor ternyata juga bersalah atas pemalsuan perhiasan Arab Saudi dan pembunuhan terhadap keluarga dari penadah Kriangkrai.
Atas kesalahannya, Chalor dihukum penjara selama 20 tahun.
Baca Juga: Jelang Laga Lawan Sevilla, Dua Pemain Andalan Barcelona Cedera
Kasus Berlian Biru tak berhenti begitu saja. Hilangnya sang Berlian Biru hingga saat ini membuat hubungan diplomatik Arab Saudi dan Thailand menjadi buruk.
Ditambah lagi pada 2014, Thailand membebaskan lima polisi yang didakwa membantu Chalor Kerdthes dalam melakukan aksi kejahatannya.
Padahal, dilansir Bolasport.com dari Time, penangkapan kelima polisi itu pada Januari 2010 sempat menjadi harapan baru dalam rekonsiliasi hubungan antara Arab Saudi dan Thailand.
Di sisi lain, Kriangkrai tengah membangun hidup normal di pinggiran Thailand.
Hingga kini, dirinya tak juga mengucapkan sepatah kata pun tentang keberadaan Berlian Biru yang dicurinya 30 tahun lalu.
"Sekarang saya hidup sederhana sebagai orang desa," tutur Kriangkrai kepada BBC pada 2019.
"Saya tak punya banyak uang. Hanya cukup untuk bertahan dan menghidupi keluarga saya. Saya rasa ini adalah kebahagiaan yang sebenarnya," tandasnya.
Editor | : | Hugo Hardianto Wijaya |
Sumber | : | berbagai sumber |
Komentar