“Untuk membuktikannya tidak bisa rapid karena rapid cuma untuk deteksi awal apalagi rapid masih ada faktor margin eror. Jadi memang harus PCR,” ucapnya.
Tentu saja sebagai operator Junas mengatakan ingin yang terbaik, sehingga saat ini pihaknya tengah mengupayakan agar kewajiban tes PCR nantinya bisa ditanggung oleh pihak swasta.
Hal itu dilakukan untuk mengurangi konsekuensi biaya yang mesti ditanggung baik oleh penyelenggara maupun klub.
Apalgi nantinya, IBL 2020 rencananya digelar tanpa adanya penonton, sehingga pemasukan pun hilang.
Tak hanya itu, untuk tes juga harus dilakukan sebelum kompetisi diimulai dan bakal berkala selama sepekan saat kompetisi sedang berlangsung.
Tentu saja untuk itu sangat beratapabila harus ditanggung oleh klub karena untuk tes PCR bisa dibilang cukup mahal.
Perkiraan untuk tes PCR dengan asumsi sekali tes membutuhkan Rp2 juta maka untuk satu klub dalam sekali tes tentu akan mengeluarkan banyak biaya.
Baca Juga: Tak Berbeda dari Klub Lain, Bhayangkara FC Tunggu Kepastian Jadwal Liga 1
Sehingga Junas pun mengharapkan bakal ada pihak swasta yang bisa mendukung keberlanjutannya IBL 2020 tersebut.
“Kami harapkan apabila ada pihak baik pemerintah ataupun swasta yang bisa mendukung tentu bisa lebih bagus lagi,” ucapnya.
“Baik untuk liga maupun klub. Kami masih berupaya buka komunikasi dengan pihak-pihak yang punya fasilitas tersebut. Tes juga kan dilakukan setiap akan bertanding,” tutur Junas.
Namun, untuk kelanjutan tersebut Junas mengungkapkan bahwa pihaknya bakal melakukan rapat lagi bersama klub-klub peserta.
“Kami juga akan berbicara bersama klub dan kami saat ini masih mengumpulkan informasi juga,” katanya.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar