Dengan begitu, bila tes tersebut diterapkan pada Wander Luiz yang pernah positif virus corona, hasilnya akan selalu reaktif.
Pasalnya, Luiz telah memiliki antibodi yang bisa menangkal virus corona yang akan menyerangnya lagi.
"Kalau rapid test, yang kami ketahui hanya untuk mengetahui antibodi di dalam badan seseorang," tutur Rafi dilansir Bolasport.com dari Kompas.
"Artinya, kalau diberlakukan sudah bisa dipastikan itu (Luiz) akan reaktif atau positif pada saat pemeriksaan rapid test," kata Rafi di Mes Persib, Kota Bandung, Senin (29/6/2020).
Baca Juga: Tanggalkan Sejenak 'Silver Arrows', Mercedes Pakai Livery Warna Hitam pada F1 2020
"Jadi, mungkin poin ini sangat merugikan bagi kami, dan terkait masalah ini, sudah saya koordinasikan dengan dokter PSSI yang membuat protokol kesehatan ini," ucapnya lagi.
Alih-alih rapid test, Rafi menyarankan PSSI menggelar tes swab PCR yang dinilai lebih efektif dan akurat.
Berbeda dengan rapid test, tes swab PCR tidak sekadar mengecek antibodi melainkan langsung mendeteksi keberadaan virus corona dalam tubuh manusia.
Tim pun bisa langsung mengetahui apakah ada anggotanya yang sudah terpapar COVID-19 atau belum.
Baca Juga: Solskjaer Peringatkan Posisi Trio Lini Serang Man United Belum Aman
"Kalau untuk rapid test hanya untuk mengetahui antibodi pada seseorang, artinya pembentukan antibodi perlu waktu," ujar Rafi.
"Artinya dari terpapar awal dia butuh 7 sampai 10 hari untuk pembentukan antibodi atau si antibodi ini memang reaktif, tetapi padahal atletnya atau orang tersebut sudah sehat."
"Artinya, virusnya sudah tidak ada. Jadi, usulan saya swab PCR memang yang lebih baik, ke sananya kami ikuti protokol kesehatan yang baik," pungkasnya.
Editor | : | Hugo Hardianto Wijaya |
Sumber | : | Kompas.com |
Komentar