Namun, belum bisa dikonfirmasi apakah mereka akan menerima hukuman atau tidak.
Baca Juga: Petrucci Jadi Satu-satunya Pembalap Italia yang Gagal Raih Poin di Misano
Situasi inilah yang pada akhirnya membuat sejumlah atlet kulit hitam, termasuk Lewis Hamilton, menunjukkan sikap protes mereka.
Hanya, FIA merasa perlu mengetahui tujuan di balik kemunculan Hamilton di atas podium kampiun dengan kaos tersebut, apakah bersifat politis atau tidak.
"FIA mendukung segala bentuk dari ekspresi individual sesuai dengan prinsip dasar," ucap race director F1, Michael Masi, dikutip dari Motorsport.
Sejauh ini, FIA memang cukup galak terhadap sikap politis yang hadir dalam ajang balap F1.
Pada tahun 2006, penyelenggara GP Turki didenda 5 juta dolar AS (sekitar Rp 74,23 miliar) setelah mengizinkan pemimpin Turki-Siprus, Mehmet Ali Talat, menyerahkan trofi juara.
Saat melakukan aksi seremonial itu, Mehmet Ali Talat diperkenalkan sebagai Presiden Republik Turki-Siprus Utara, yang cuma diakui oleh Turki.
Baca Juga: Tim Milik Valentino Rossi Akan Melebarkan Sayap ke Kelas MotoGP?
Sirkuit Jerez di Spanyol juga kehilangan slot mereka pada kalender kompetisi F1 setelah walikota setempat mendadak muncul di atas podium.
Sebelumnya, tak ada jadwal walikota tersebut untuk menghadiri seremoni di podium.
Sementara itu, tim Mercedes yang menaungi Lewis Hamilton telah membantah tuduhan bahwa pembalap mereka membawa agenda politik ke ranah F1.
"Kami tidak membawa politik ke dalam F1, ini adalah isu hak asasi manusia yang tengah kami coba tunjukkan dan tingkatkan perhatiannya. Ada perbedaan yang besar," ucap perwakilan tim Mercedes.
Editor | : | Diya Farida Purnawangsuni |
Sumber | : | Motorsport |
Komentar