"Kemudian, dia memulai servis berikutnya tanpa kesulitan. Kondisi tubuhnya sangat kuat, karena itu dia bisa menghadapi banyak reli yang intens."
"Okuhara telah menguatkan otot-ototnya selama tujuh bulan tak berkompetisi karena krisis Covid-19, dan dia mampu menyerang sisi kiri Marin serta baseline kanan dengan sangat mudah. Kecepatannya juga menjadi senjata ampuh pada laga final," kata Jinnai lagi.
Baca Juga: Denmark Open 2020 Diharapkan Jadi Model Turnamen Era Pandemi
Penampilan nyaris tanpa cela dari Nozomi Okuhara inilah yang pada akhirnya membuat pemain lawan, Carolina Marin, berada di bawah tekanan.
Marin terus membuat banyak kesalahan sehingga memberi keuntungan bagi Okuhara.
"Alasan kenapa Marin banyak membuat kesalahan karena Okuhara punya footwork yang lebih baik dan lebih cepat," ujar Jinnai.
"Marin perlu menyerang lebih cepat dan keras, hal itulah yang membuat dia kelelahan secara mental dan kehilangan konsentrasi," tutur Jinnai menambahkan.
Laga melawan Carolina Marin menjadi pertandingan terlama yang dijalani Nozomi Okuhara di Odense Sportspark, yakni 56 menit.
Adapun pertandingan paling singkat untuk Okuhara ialah saat menghadapi Jordan Hart (Wales) pada babak kedua.
Editor | : | Diya Farida Purnawangsuni |
Sumber | : | Badminton Planet |
Komentar