BOLASPORT.COM - Petarung kelas ringan UFC, Justin Gaethje, merupakan monster knockout (KO) yang menyandang gelar Sarjana Layanan Kemanusiaan.
Justin Gaethje sudah dijadwalkan akan bertarung melawan Khabib Nurmagomedov sebagai laga utama UFC 254.
Justin Gaethje akan melakoni laga penting untuk menunjukkan statusnya sebagai mesin pembunuh pada ajang UFC 254.
Dalam ajang tersebut, Gaethje dijadwalkan akan bertarung melawan pemilik sabuk juara kelas ringan UFC, Khabib Nurmagomedov.
Baca Juga: Kekalahan Carolina Marin karena Sulit Imbangi Kecepatan Nozomi Okuhara
Duel Gaethje vs Nurmagomedov akan berlangsung di Yas Island, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Sabtu (24/10/2020) atau Minggu WIB.
Gaethje menjadi penantang Nurmagomedov yang memiliki gelar juara kelas ringan UFC bukan sebuah kebetulan.
Petarung berjulukan The Highlight itu mendapatkan tiket pertarungan tersebut usai menaklukan Tony Ferguson.
Diketahui, Gaethje adalah petarung yang menghancurkan catatan 12 kemenangan beruntun milik Ferguson.
Tentu Gaethje tidak bisa dianggap petarung abal-abal ketika menghadapi Nurmagomedov pada Sabtu mendatang.
Baca Juga: Repsol Honda Tak Cemas Meski Marc Marquez Tak Kunjung Comeback
Gaethje dikenal sebagai mesin pembunuh lantaran catatan pertarungan yang melekat pada dirinya.
Petarung Amerika Serikat itu mengantongi 19 kemenangan secara knockout (KO) dari 22 kali jumlah hasil positifnya.
Itu berarti rata-rata Gaethje menaklukkan lawan-lawannya sejauh ini dengan catatan KO.
Walaupun sekarang dikenal monster KO, ternyata Gaethje tak melupakan soal pendidikan.
Baca Juga: Syarat Tony Ferguson Terima Tantangan Duel Si Anak Baru UFC
Gaethje bahkan mengenyam pendidikan di jurusan Layanan Kemanusiaan atau Human Service dari University of Northern Colorado.
Setelah menyelesaikan studinya, petarung 31 tahun itu tak berpikir untuk langsung mengaplikasikan keilmuannya.
Dia memilih untuk menekuni karier profesional sebagai petarung MMA.
Akan tetapi, Gaethje tetap berencana untuk menggunakan keilmuannya suatu saat nanti setelah pensiun sebagai petarung MMA.
Baca Juga: Legenda MotoGP Sebut Fabio Quartararo Masih Berpeluang Rebut Gelar Juara
Hal tersebut terungkap melalui wawancara Gaethje pada Mei yang dikumpulkan oleh The Sun.
"Menjadi orang baik dan membantu tetangga saya, hanya itu yang saya pedulikan," ucap Gaethje, dikutip BolaSport.com dari The Sun.
"Saya memiliki gelar Layanan Kemanusiaan. Jika saya tidak melakukan ini (petarung MMA), saya akan menjadi pekerja sosial."
"Saya pembunuh di sini, tetapi begitu saya keluar dari oktagon, Anda tidak akan melihat sisi itu di diri saya," ucapnya melanjutkan.
Baca Juga: UFC 254 - Khabib Nurmagomedov: Kalahkan Gaethje Bisa Jadi Warisan Besar
Trevor Wittman, yang menjadi pelatih Gaethje, menuturkan tentang tujuan awal anak didiknya itu menjadi petarung.
Gaethje dahulu mengatakan kepada Wittman jika ingin menjadi petarung yang menarik untuk disaksikan.
"Anda bisa melihatnya dalam gaya bertarungnya. Dia memiliki pertarungan yang menyenangkan (untuk dilihat), dia tidak memiliki perasaan takut," tutur Wittman.
Tujuan Gaethje ingin menjadi petarung yang menarik untuk dilihat berbuntut malapetaka baginya.
Petarung kelahiran Arizona itu malah menerima dua kekalahan beruntun dari Eddie Alvarez dan Dustin Poirier.
Baca Juga: Nasib Liga 1 Masih Gantung, Bek Bali United Bosen Hanya Jalani Latihan
Setelah menerima dua kekalahan tersebut, Wittman bercerita tentang Gaethje lagi.
Pelatih 46 tahun itu menuturkan Gaethje kemudian mengubah tujuannya ketika bertarung.
"Tujuannya selalu menjadi petarung paling menghibur di dunia. Saya tidak pernah mendengar hal itu dari orang lain. Tak seorang pun," ucap Wittman kepada ESPN.
"Lalu saya bertanya kepadanya setelah menerima dua kekalahan itu" 'Apakah tujuan Anda masih menjadi petarung yang paling menarik di dunia?'"
"Dia berkata: 'Tidak, pelatih. Saya ingin menjadi juara UFC'," kenang Wittman menambahkan.
Baca Juga: Khamzat Chimaev Curhat Sulit Cari Lawan Tanding di UFC
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | ESPN, thesun.co.uk |
Komentar