"Di pembinaan sepak bola itu ada yang namanya late developer, jadi perkembangan anak-anak yang relatif lambat. Kalau di Eropa itu sama seperti kasusnya Kevin De Bruyne. Di masa mudanya mereka tidak begitu dilihat, cenderung diragukan apakah bisa mencapai level top atau tidak," kata Guntur.
"Tetapi, begitu sampai perkembangan optimalnya, tidak ada satu pun yang meragukan Kevin De Bruyne," lanjutnya.
Baca Juga: Evan Dimas Akui Gaya Mainnya Terinspirasi Permainan Barcelona
"Tujuan akademi ini salah satunya adalah memfasilitasi talenta-talenta yang seperti itu. Sudah tampak potensinya tetapi belum maksimal, masih harus menunggu satu dua tahun untuk mencapai titik optimal mereka dalam berkembang."
"Mereka ini yang juga harus dipelihara karena seringkali bakatnya sangat bagus, tetapi belum begitu tampak," tambah eks asisten pelatih timnas U-19 Indonesia ini.
Guntur menjelaskan akademi PSS ini akan menerapkan metode latihan yang sama dengan pemain Elite Pro.
Di samping itu, bakat-bakat muda dari akademi juga bisa dilihat langsung oleh pelatih Elite Pro.
"Pemain dari akademi juga bisa belajar langsung dari pemain profesional tim utama PSS Sleman," ujarnya.
Program serta fasilitas pengembangan akademi PSS ini di antaranya adalah latihan tim, latihan individu spesialisasi, analisis video, gym, kompetisi resmi dan internal, tes/ latihan senior, metodologi standar Elite Pro Academy, ekstra kelas meliputi gizi, psikologi dan mentoring, serta dilatih langsung oleh pelatih berlisensi.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | Tribun Jogja |
Komentar