Apalagi di dunia sepak bola, ini yang sudah diharapkan para pemain.
"Saat umur 8 tahun saya sudah sering diajak sama (alm) bapak untuk ikut sekolah sepakbola (ssb) deket rumah. Tapi karena untuk usia 8 tahun belum ada, saya ikut latihan bersama kelompok usia 10 tahun. Awalnya ssb Panser di Ciputat, lalu pindah ke SSB Astam umur 11 tahun. Mulai ikut liga, dan mungkin dari situ kepantaunya juga," katanya.
Perjuangan Tile bermain si kulit bundar kala masih berlatih di ssb hingga sekarang membela Tim Nasional pun tak lepas dari cerita masa kecilnya.
Tile kecil yang sudah diperkenalkan dengan dunia sepakbola oleh sang ayah bahkan tak memiliki sepatu khusus sepakbola untuk berlatih 8 tahun silam.
"Usia saya masih 8 tahun waktu itu dan saat latihan di ssb, saya tidak punya sepatu. Bahkan pertama kali latihan, saya memakai sepatu yang sama untuk sekolah. Melihat anak-anak lain sudah pakai sepatu bola yang layak, rasanya ingin juga tetapi belum bisa beli saat itu. Itu yang tidak bisa saya lupa," tuturnya.
Baca Juga: Kesibukan Bek Bhayangkara FC selama Kompetisi Tertunda, Tak Terlepas dari Sepak Bola
Menjadi pemain yang beberapa kali masuk pemusatan latihan sejak tahun lalu ini, membuat dirinya termotivasi lebih untuk selalu fokus dan disiplin saat latihan maupun pertandingan.
Untuk merajut mimpi dan impianku Tile tetap fokus melaksanakan perintahperintahnya.
"Yang paling memotivasi saya adalah almarhum bapak, karena inget sekali dulu bapak sering mengantar saya latihan dengan sepeda motor, meski harus menempuh jarak tempuh yang jauh, contohnya Jakarta ke Bogor," kata mya.
""Sekarang sedih bapak sudah tidak ada, tapi saya lega karena setidaknya walaupun bapak tidak ada tapi harapan almarhum tercapai. Saya akan selalu bersungguh-sunguh agar selalu dipilih dan membela timnas tuturnya.
View this post on Instagram
Editor | : | Mochamad Hary Prasetya |
Sumber | : | PSSI |
Komentar