"Saya lahir di Pulau Madeira dan saat berusia 11 tahun, Sporting berbicara kepada orangtua saya," kenangnya dalam interviu dengan petinju Kazakstan, Gennady Golovkin, untuk sebuah dokumenter berjudul "Parallel Worlds" di DAZN.
"Mereka (Sporting) tertarik kepada saya, tapi saya harus pindah ke Lisabon. Saat saya berbicara dengan mereka, ibu bilang, 'Nak, kalau memang kamu ingin pergi, pergilah'."
Bagi anak berusia 11 tahun, meninggalkan orangua untuk pindah ke tempat baru yang jaraknya hampir 1.000 kilometer dari rumah terasa berat.
"Saya menangis tiap hari karena kangen mereka," ujar Ronaldo, dikutip BolaSport.com dari Goal Italia.
Perpisahan dengan keluarga sewaktu muda diakui Ronaldo sebagai salah satu momen tersulit dalam hidupnya.
Momen menyedihkan yang lain adalah kehilangan sang ayah, Jose Dinis Aveiro.
Jose meninggal dunia pada 2005 atau di masa ketika Cristiano membangun tahap awal karier sepak bola profesional menuju kesuksesan.
"Kesedihan buat saya adalah menjadi nomor satu (di dunia) dan ayah tak pernah menyaksikannya."
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | goal.com/it, mirror.co.uk |
Komentar