BOLASPORT.COM - Pembalap MotoGP asal Prancis, Fabio Quartararo, telah memastikan diri berada di tim pabrikan Yamaha menggantikan tempat Valentino Rossi pada MotoGP 2021.
Valentino Rossi adalah pendorong motivasi bagi Fabio Quartararo untuk ingin menjadi seorang pembalap.
Fabio Quartararo telah bertukar garasi dengan Valentino Rossi. Sementara itu, juara dunia sembilan kali ini akan membalap untuk Petronas Yamaha SRT.
Baca Juga: BWF World Tour Finals 2020 - Mohammad Ahsan Akui Performa Wakil Korea
Pria berusia 21 tahun itu juga sudah mengenal markas pabrikan Italia di Gerno die Lesmo. Di sana dia melihat semuanya. Satu sepeda motor menarik perhatiannya secara khusus yakni M1 yang mengantar The Docot memenangkan gelar juara dunia pertamanya pada 2004.
Quartararo baru berusia lima tahun saat itu. Kenangannya masih ada. Quartararo berkata di acara TV Prancis bahwa itu adalah motor pertama yang dia ingat.
"Saat itu, saya berkata pada diri sendiri. 'Suatu saat nanti kamu juga akan menjadi pembalap'," kata Quartararo dilansir BolaSport.com dari Speedweek.
Quartararo melakukan debutnya pada 2015 di kelas Moto3. Dia berkompetisi 13 kali pada musim perdananya dan berada dua kali naik podium kedua. Dia juga dua kali finis pertama.
Setelah dua tahun, Quartararo dipromosikan ke Moto2 dan meraih kemenangan dan tempat kedua serta posisi terdepan dalam 36 balapan.
Meskipun berada di urutan kesepuluh, Wilco Zeelenberg dan Razlan Razali membawanya ke kelas utama.
Di sana pembalap dari Nice langsung menunjukkan kemampuannya. Namun, dia kurang konsisten pada dua musim sebelumnya.
Baca Juga: Petronas Yamaha SRT Akui Belum Bisa Buat Fabio Quartararo Nyaman
Meski demikian, dia mendapatkan kemenangan balapan pertamanya di Jerez. Seminggu kemudian dia mengikuti GP Andalusia dan dia juga memenangkan GP Catalunya. Semua ini terjadi di bawah pengawasan ketat Rossi.
"Bagus sekali. Setelah kemenangan kedua saya, dia mendatangi saya dan memberi selamat kepada saya. Jika seseorang telah meramalkannya beberapa tahun yang lalu, saya tidak akan mempercayainya," tutur Quartararo.
"Tiga tahun yang lalu sepertinya saya tidak akan berhasil. Itu adalah momen paling rumit dalam karier saya. Saya memikirkan kembali pengorbanan yang saya buat. Tetapi, Quartararo tetap diam dan berjuang."
Keraguannya pun sirna berkat dukungan seorang pelatih mental. "Melihat ke belakang, saya harus berkonsentrasi pada tugas dan tidak bertindak secara emosional," ujar Quartararo.
Titik terendahnya ada di Misano saat dia jatuh dua kali.
"Penting bagi saya untuk melihat kembali kesalahan yang saya buat," kata Quartararo.
Baca Juga: Pelatih Khabib Pertanyakan Persiapan McGregor Saat Hadapi Poirier
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Speedweek.com |
Komentar