“Situasi ini membuat Anda bertanya-tanya, perlukah Anda punya media sosial? Kenapa hal-hal seperti ini terjadi? Situasi ini kompleks,” ucap Tomori.
“Betul, pelaku perundungan memang hanya minoritas, tetapi mereka ada di sana. Keberadaan mereka menyebar bukan hanya di sepak bola, melainkan juga di kehidupan sehari-hari,” ujar dia lagi.
Tomori mengaku tidak pernah mengalami perundungan seperti yang ditujukan kepada Tuanzebe, Martial, atau Ruediger.
Namun, ia menolak menutup mata dengan kecenderungan negatif yang terjadi di sana.
“Pengalaman saya dengan media sosial selama ini cukup positif. Banyak hal bisa terjadi karena ini media sosial. Seluruh dunia bisa melihat apa yang bisa terjadi, terutama saat Anda berada di mata publik,” kata Tomori.
Baca Juga: Bahas Rumor Mohamed Salah, Ian Rush Singgung Kekalahan Man United
“Media sosial sangat bagus saat Anda menang, tetapi tempat ini juga bisa menjadi tempat yang buruk saat berubah menjadi wadah untuk rasialisme dan perundungan,” tutur dia.
Tomori punya alasan untuk angkat bicara, karena Tuanzebe adalah temannya.
“Saya tahu semua orang emosional dan berapi-api. Hanya saja, rasanya berbeda saat melihat orang yang Anda kenal pribadi menjadi sasaran kemarahan,” ucap Tomori melanjutkan.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | Sky Sports |
Komentar