"Menjelang akhir tahun pertama saya di sekolah menengah, saya mendapat kesempatan untuk mengikuti training camp di Indonesia, sendirian," kata Momota dalam wawancara peringatan 10 tahun gempa yang menghancurkan garis pantai timur Jepang.
"Saat kami berlatih sekitar tengah hari, salah satu orang di sana, terlihat sangat mengerikan. Dia memanggil saya untuk menonton TV. Saat itulah saya mengetahuinya," ucap Momota dilansir BolaSport.com dari Olympicchannel.
"Mereka menunjukkan bandara Sendai dan sepertinya bandara itu telah hilang tersapu gempa. Saya tidak tahu apa yang terjadi pada awalnya, tetapi saya dapat mengetahui kata-kata tertentu seperti lokasinya dan mengetahui bahwa telah terjadi gempa dan kemudian tsunami."
Pria berusia 26 tahun itu mengungkapkan bahwa salah satu penduduk setempat berbicara sedikit bahasa Jepang.
"Dia menyuruh saya menelepon rekan satu tim saya di Jepang dengan tergesa-gesa, tetapi saluran telepon benar-benar rusak. Saya tidak dapat menghubungi siapa pun sampai malam," aku Momota.
"Saya sangat khawatir dengan tim saya. Ketika pembangkit nuklir meledak, saya pikir akhir itu mungkin akan datang. Punggung saya terasa menggigil," ujar Momota.
Baca Juga: Valentino Rossi dkk Akan Divaksin Covid-19 Jelang MotoGP Qatar 2021
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | olympic channel |
Komentar