BOLASPORT.COM - Banyak lika-liku kehidupan yang menyedihkan dan menyenangkan yang menghampiri Francis Ngannou untuk menuju ketenaran di UFC.
Nama Francis Ngannou saat ini sedang naik daun sebagai petarung kelas berat yang dikenal memiliki pukulan beton.
Sebagai contoh dalam empat pertarungan terakhirnya, Ngannou sukses menghabisi lawan-lawannya dengan knockout (KO) ronde kesatu.
Hasil itu membuat UFC memberikan hadiah istimewa untuk kelangsungan karier Ngannou sebagai petarung seni bela diri campuran (MMA).
Baca Juga: Jadwal UFC 260 - Miocic vs Ngannou 2, Asa Petugas Damkar Kendalikan Api Si Predator Ganas
Hadiah tersebut adalah sosok berjuluk The Predator itu mendapatkan pertarungan perebutan gelar kelas berat UFC.
Ngannou kini akan menghadapi pemilik sabuk juara kelas berat UFC, Stipe Miocic pada ajang UFC 260.
Duel Francis Ngannou vs Stipe Miocic akan berlangsung di UFC Apex, Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat, Sabtu (27/3/2021) atau Minggu pagi WIB.
Ini bukan kali pertama Ngannou mendapatkan kesempatan menjadi penantang sabuk UFC.
Baca Juga: UFC 260 - Si Predator Mengaku Malu Pernah Kalah Lawan Stipe Miocic
Sebelumnya Ngannou mempunyai kesempatan beradu jotos di octagon dengan lawan yang sama pada UFC 220, Januari 2018 lalu.
Pada kesempatan pertama, Ngannou menelan kekalahan dari Miocic yang mengakibatkan gagal menggondol gelar miliknya.
Alhasil duel menghadapi petarung Amerika Serikat itu merupakan kesempatan kedua bagi Ngannou untuk menunjukkan keganasannya.
Jelang rematch tersebut, BolaSport.com akan mengupas sedikit profil kehidupan Ngannou.
Baca Juga: UFC 260 - Fokus ke Predator, Juara Kelas Berat UFC Bodo Amat Soal Jon Jones
Popularitas yang diperoleh Ngannou dipenuhi drama yang mengiringi perjalanan kehidupannya.
Petarung Kamerun tersebut lahir dari ayah yang dikenal sebagai jagoan jalanan di lingkungannya.
Melihat ayahnya sebagai petarung jalanan, Ngannou enggan mengikuti jejak sang ayah untuk hebat di lingkungannya saja.
Ngannou ingin menjadi seorang petinju yang cukup handal dan hebat di atas ring.
Baca Juga: UFC 260 - Stipe Miocic Sebut Francis Ngannou Akan Gagal Rebut Gelar
Meski begitu, bukan perkara mudah bagi Ngannou untuk mencapai keinginan tersebut di lingkungan yang penuh dengan kegelapan.
Ngannou sempat dilanda frustasi untuk mewujudkan impian menjadi petinju karena tidak mendapat dukungan dari keluarganya.
Hal itu petarung 34 tahun itu bicarakan tatkala menjadi bintang tamu dalam podcast Hotboxin' bersama Mike Tyson.
Baca Juga: Jadwal Orleans Masters 2021 - 2 Wakil Indonesia Hadapi Unggulan di Semifinal
Berbicara di depan Mike Tyson, Ngannou mengaku pernah bekerja sebagai tukang ojek motor untuk menyambung hidupnya.
"Saya dulu menjadi taksi motor di Afrika. Suatu saat saya berpikir saya tak bisa melakukan ini selamanya, bagaimana dengan mimpi saya?" kata Ngannou.
"Umur saya saat itu 22 tahun. Saya berhenti sekolah saat usia 17 tahun. Saya berpikir apa yang saya lakukan selama ini, tidak ada?"
"Saya bertekad mengejar mimpi saya. Saya menjual motor saya. Lalu keluarga saya, semua orang berkata, 'Francis sudah gila'," ucap dia menambahkan.
Baca Juga: Konsisten Pensiun, Khabib Nurmagomedov Dipuji Mantan Juara Kelas Ringan UFC
Lebih lanjut, Ngannou memahami kekhawatiran keluarganya karena keputusannya untuk menjual motor.
Namun, dia sudah membulatkan tekad untuk bersikeras menjadi petinju profesional.
"Mereka bilang saya harus tetap bekerja lalu menikah. Saya menjawab, 'Jadi saya akan punya anak dan tetap hidup susah? Saya tidak mau'," tutur Ngannou.
Untuk memenuhi keinginannya menjadi petinju, Ngannou lantas memutuskan merantau dari Kamerun menuju Prancis.
Dia memutuskan untuk imigrasi ke Prancis dengan cara berlayar menggunakan perahu secara ilegal.
Baca Juga: Rekap Hasil Orleans Masters 2021 - 2 Wakil indonesia ke Semifinal, Putri KW Terhenti
Tindakan bepergian secara ilegal itu kemudian membuat kehidupan Ngannou menderita.
Ngannou ditangkap otoritas keamanan setempat, lalu dijebloskan ke dalam penjara selama dua bulan.
Setelah keluar dari penjara, kehidupan Ngannou tak lantas langsung membaik.
Dia menjadi gelandangan sebelum pada akhirnya mendatangi gym tinju pada usia 27 tahun.
"Saya masuk ke gym. Saya berkata sebenarnya saja kepada mereka bahwa saya ingin berlatih tetapi saya tidak memiliki uang," ucap Ngannou.
"Mereka memberi kesempatan kepada saya. Mereka bilang akan berbicara dengan pelatih kepala dan mendengar apa pendapatnya."
"Empat hari kemudian mereka memanggil saya dan memberi tahu bahwa pelatih setuju saya bisa berlatih bersama mereka."
"Saya sangat senang. Saya merasa ini adalah awal dari segalanya," jelas Ngannou melanjutkan.
Baca Juga: Lionel Messi Murka, Barcelona Siap Bentengi Diri dari Pengguna TikTok
Dia memulai pelatihan bertinju pada Agustus 2013 di MMA Factory.
Selama berlatih di Prancis, Ngannou diarahkan oleh sang pelatih untuk menjadi petarung MMA, bukan petinju.
Ngannou menerima saran dari pelatih dan memulai debut sebagai petarung MMA pada ajang 100% Fight, November 2013.
Setelah melakoni lima pertarungan dengan mencatat 4 kemenangan dan 1 kekalahan, Ngannou selanjutnya bergabung dengan UFC.
Baca Juga: Soroti Kematian 6.500 Pekerja, Pesepak Bola Ramai-ramai Protes Qatar
Dia melakoni debut di UFC pada Desember 2015 serta mencatat enam kemenangan beruntun sebelum pada akhirnya menjadi penantang gelar.
Nasib apes sempat menyelimuti Ngannou saat menghadapi Stipe Miocic dan Derrick Lewis karena menelan kekalahan semuanya.
Sejak dua hasil negatif itu, Ngannou kembali ke jalur sempurna dengan meraih empat kemenangan berturut-turut.
Saat ini, rekor pertarungan Ngannou 15-3 dan Instagram pribadinya mempunyai 2,1 juta pengikut.
Baca Juga: Tersakiti dan Tak Ada Momen Indah, Srdan Lopicic Pilih Lupakan Persib Bandung
Editor | : | Diya Farida Purnawangsuni |
Sumber | : | berbagai sumber |
Komentar