Rast test mengukur daya tahan anaerobik, maksimal fatigue index, seberapa cepat recovery para atlet.
Pada rast test atlet bakal melakukan sprint sepanjang 35 meter lalu istirahat 10 detik lalu mengulanginya hingga tiga kali bolak-balik.
Bleep test untuk melihat kapasitas kardiovaskular yang mencangkup fungsi paru-paru, jantung, dan peredaran darah mengangkut oksigen.
Baca Juga: Resmi Dilantik, Ketum PP PBSI Fokus Siapkan Tim Hadapi Olimpiade 2021
Hasil tes akan keluar sebagai satuan Vo2max yang menunjukkan kondisi kebugaran aerobik.
Iwan Hermawan berharap rangkaian tes fisik ini bisa menjadi acuan bagi pelatih fisik dalam menyusun program latihan.
"Dari data yang didapat dari tes ini kita bisa mengidentifikasi semua komponen dan kualitas fisik atlet-atlet kita," kata Iwan.
"Lalu data ini akan kita konsultasikan ke pelatih fisik untuk menjadi sasaran-sasaran latihan."
Baca Juga: Viktor Axelsen Kecam BWF soal Usulan Perubahan Sistem Skor
"Demi meningkatkan standar seperti yang kita inginkan, terutama untuk atlet-atlet yang kondisi fisiknya masih kurang," kata Iwan lagi.
Iwan menekankan pentingnya program latihan yang spesifik bagi setiap atlet
"Saya juga mendorong para pelatih fisik untuk membuat program latihan yang bersifat individualis berdasarkan hasil tes fisik ini," kata Irwan.
"Agar semua atlet bisa terpenuhi kebutuhannya dan akhirnya bisa sama-sama terangkat prestasinya."
Baca Juga: Susy Susanti Tolak Rencana Perubahan Sistem Skor, Begini Alasannya
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Badminton Indonesia |
Komentar