Kenapa UEFA dan FIFA menentang keras?
Tentu saja. Liga Super Eropa memungkinkan pendapatan klub dari kompetisi beredar di kantong pesertanya sendiri.
Hal ini berbeda dengan skema di UEFA, yang mendistribusikan sejumlah uang dari hak siar Liga Champions, misalnya, buat klub-klub kecil dan asosiasi tim nasional yang membutuhkan sokongan di semua penjuru Benua Biru.
Uang tersebut membantu keberlanjutan di bidang olahraga pada level akar rumput dan profesional di beberapa negara.
Klub-klub elite Eropa tidak puas dengan kue pembagian dari UEFA, sehingga selalu meminta porsi lebih besar setiap tahunnya.
Makanya, mereka menggunakan Liga Super Eropa ini sebagai respons atau ancaman.
Real Madrid dan geng merasa bahwa merekalah alasan kenapa jutaan orang ingin menonton Liga Champions.
Baca Juga: Mungkinkah 4 Tim Inggris Saling Bunuh Lagi di Final Liga Champions dan Liga Europa Musim Ini?
Nilai siar pun semakin terdongkrak jika laga mempertemukan sesama tim raksasa.
Anggota Liga Super Eropa adalah barisan tim-tim elite yang mapan dalam hal prestasi dan basis suporter di dunia, sehingga yakin suporter tetap akan menyaksikan mereka di kompetisi yang baru.
Dengan hengkangnya klub-klub raksasa Eropa ke Liga Super, bisa dibayangkan seperti apa pamor Liga Champions, apalagi Liga Europa, nantinya?
Kebijakan inilah yang dinilai bakal mematikan nilai-nilai sepak bola. Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin terjepit.
"(Mereka) Diracuni keserakahan dan tak punya solidaritas," kata Presiden LaLiga, Javier Tebas.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | sports.yahoo.com, UEFA.com, SkySports.com |
Komentar