"Saya ingin mencatat bahwa sungguh konyol UEFA memberikan solusi seperti itu," kata Schmeichel.
"Sesuatu yang buruk terjadi dan UEFA memberi para pemain pilihan untuk keluar dan memainkan permainan pada 55 menit terakhir, atau apa pun itu, atau kembali pada pukul 12 keesokan harinya. Maksud saya, opsi macam apa itu?"
"Jadi, Anda kembali ke hotel, dalam kasus Denmark jaraknya 45 menit, Anda tidak bisa tidur nyenyak."
"Anda bahkan mungkin tidak bisa tidur karena menonton kejadian Eriksen kolaps yang membuat trauma dan memiliki efek besar pada Anda, kemudian kembali ke bus tim pukul 8 pagi untuk memainkan sisa permainan."
"Itu bukan pilihan. Itu adalah keputusan konyol oleh UEFA dan mereka seharusnya mencoba membuat skenario yang berbeda dan menunjukkan sedikit belas kasih. Mereka tidak melakukannya."
Baca Juga: Berita EURO 2020 - Alvaro Morata bakal Bungkam Pengkritik dengan Gol di Laga Selanjutnya
"Saya tidak tahu, tetapi mengapa pukul 12? Mengapa mempertimbangkan penjadwalan TV dan semua itu? Mengapa pukul 12?"
"Itu konyol dan jujur saja, hasil pertandingan sama sekali tidak relevan," tutur Schmeichel menambahkan.
Schmeichel sendiri saat itu juga berada di dalam stadion untuk menyaksikan pertandingan antara Denmark dan Finlandia.
Saat masih aktif bermain sebagai pemain, Schmeichel pernah mengantar timnas Denmark merengkuh trofi EURO 1992.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | UEFA, Marca |
Komentar