"Hal pertama yang harus kami lakukan ketika kami tiba adalah meminta pinjaman sebesar 80 juta euro (sekitar Rp1.3 triliun) karena jika tidak, kami tidak dapat membayar gaji," tambahnya.
Lebih lanjut, Laporta membahas kerugian yang dialami Barcelona era kepemimpinannya yang disebabkan oleh rezim Josep Maria Bartomeu.
Laporta melabeli rezim Bartomeu dengan kata 'penuh kebohongan' lantaran banyak hal yang tidak sesuai antara yang tercatat dengan yang terjadi.
Baca Juga: Tak Cukup Romelu Lukaku, Chelsea Incar Wonderkid Borussia Dortmund dan Buang 2 Pemain
"Rezim sebelumnya penuh dengan kebohongan," ucap Laporta.
"Kami juga menemukan bahwa kami harus melakukan beberapa perbaikan mendesak di Camp Nou karena jika tidak, itu menimbulkan risiko bagi para penggemar yang hadir."
"Kami juga menemukan bahwa klub telah menerima 50 persen dari biaya hak siar TV di muka."
Baca Juga: Terbang ke Turki, RANS Cilegon FC Boyong 26 Pemain
"Kami menemukan kebijakan upah dalam bentuk piramida terbalik - veteran dengan kontrak panjang dan anak muda dengan kontrak pendek. Tidak ada pemotongan upah - kebohongan."
"Kami telah menemukan bahwa pembayaran yang tidak proporsional telah dilakukan kepada perantara, bahkan tidak kepada agen," tutur Laporta.
Editor | : | Ade Jayadireja |
Sumber | : | Marca |
Komentar