Ajeng Widha Paramitha dan Purwo Adi Sanyoto yang mendampingi Hanik dan Jaenal juga mengenakan kostum bernuansa pakaian adat, masing-masing dari Kalimantan dan Papua.
Baju defile merupakan hasil desain perancang busana asal Solo, Rory Wardana Poesponingrat.
Rory mengangkat tema "Ratna Mutu Manikam" yang artinya sebuah nama kumpulan permata yang berkilau, untuk diwujudkan dalam busana adat daerah.
Desain yang beragam tersebut disatukan dengan konsep yang sama sebagai simbol persatuan yang membawa nasionalisme.
Di belakang pembawa bendera, para atlet dan ofisial paralimpiade Indonesia berbaris dengan menggunakan jaket merah putih bermotif batik parang.
Merah memiliki makna filosofis sebagai energi, kekuatan, keinginan/gairah, motivasi, berani dan percaya diri.
Sedangkan putih itu sederhana, rendah hati, murni dan sempurna.
Rancangan ini sebagai simbol dan motivasi bagi para atlet nasional agar selalu berani, jujur dan pantang menyerah.
Baca Juga: Paralimpiade Tokyo 2020 - Start dan Konsistensi Kecepatan Jadi Fokus Latihan Fadli Imammuddin
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | NPC Indonesia |
Komentar