BOLASPORT.COM - Masih ada sebagian kelompok suporter yang masa bodoh dengan peringatan dari pemerintah terkait pelaksanaan Liga 1 2021/22.
Mereka tetap berkerumun dan tidak mematuhi protokol kesehatan (prokes).
Sebagai contohnya, pendukung PSS Sleman yang berulang kali menggelar aksi protes.
Bahkan, mereka sampai menggeruduk ke Bandung, untuk bertemu dengan manajemen.
Tindakan tersebut karena rasa tidak puas suporter terhadap penampilan PSS sepanjang seri pertama Liga 1 2021/22.
Mereka menuntut pelatih Dejan Antonic , bek Arthur Irawan, dan Direktur Utama PT PSS Marco Gracia Paulo didepak.
Baca Juga: Bernardo Silva Buka Mulut soal Minimnya Kesempatan Main Sterling
Tak sampai di situ saja, suporter PSS juga mendatangi Solo yang merupakan satu di antara lokasi pelaksanaan laga seri kedua Liga 1 2021/22.
Kejadian tersebut terjadi ketika Super Elang Jawa melawan Barito Putera, beberapa hari lalu.
Dalam laga tersebut PSS, berhasil meraih kemenangan dengan skor 3-2.
Baca Juga: Ada Penyelamatan Sia-sia dari Pemain Borneo FC, Tira Persikabo Unggul di Babak Pertama
Namun, tetap saja suporter mereka masih tidak puas terhadap penampilan yang ditunjukkan Irfan Jaya dan kawan-kawan.
"Anda bayangkan di masa pandemi seperti ini melakukan mobilisasi dari kota yang jauh. Mereka demo, berkerumun, dan ada juga tanpa masker dan tidak prokes."
"Saya pikir ini harus diingatkan juga karena buka masalah sepele," kata pengamat hukum olahraga nasional Eko Noer Kristiyanto, dalam tayangan Youtube Bobotoh Tv.
Baca Juga: Wonderkid Borussia Dortmund Puji Kinerja Luar Biasa Erling Haaland
Lebih lanjut, pria yang karib disapa Eko Maung tersebut menyatakan perilaku yang ditunjukkan supoter PSS, bisa berbahaya.
Bukan tidak mungkin karena aksi yang mereka lakukan bergulirnya Liga 1 2021/22, dihentikan.
Sejak awal pemerintah sudah mengingatkan suporter mendukung dari rumah dan tidak berkerumun.
Baca Juga: Kunci Sukses PSM Makassar Buat Bali United Rasakan Kekalahan Perdana
Langkah ini untuk memutus rantai penyebaran virus corona, yang sampai sekarang masih belum berhenti.
"Ada imbas dari kelakuan di satu kota atau dua kota ke kompetisi keseluruhan. Kita tidak mau suporter Bandung, Sleman, dan Solo, dianggap biang keladi oleh suporter lain. Jadi kita semua harus menahan diri," ucapnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB) Akhmad Hadian Lukita telah berpesan tindakan suporter jangan sampai merugikan klub atau pelaksanaan Liga 1 2021/22.
Baca Juga: Final Thomas Cup 2020 - Fajar/Rian Bawa Indonesia Ungguli China 2-0
Makanya, ia meminta mereka agar melakukan aksi tidak berlebihan.
"Jika ada pendapat yang ingin didengar manajemen klub terkait hasil atau performa selama seri pertama, sebaiknya dilakukan dengan cara yang menyesuaikan dengan kondisi saat ini," ujar Hadian.
"Itu bisa dengan manajemen klub masing-masing. Ingat, kita semua tetap dipantau pemerintah."
"Kami mohon jangan mengadakan kerumunan yang dampaknya bisa berpengaruh terhadap bergulirnya Liga 1 2021/22," Hadian menambahkan.
Editor | : | Mochamad Hary Prasetya |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar