BOLASPORT.COM - Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) mulai memberikan peringatan dini terkait risiko bencana alam akibat perubahan cuaca (hidrometeorologi).
Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Fachri Radjab menyatakan, pihaknya memperkirakan puncak musim hujan akan jatuh pada Januari-Februari 2022.
Menurutnya, curah hujan tinggi juga akan terjadi pada April 2021 di berbagai wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Sulawesi dengan peningkatan sebesar 20-70 persen akibat fenomena La Nina.
Hal itu ia sampakan dalam dialog Media Produktif Forum Merdeka Barat 9 “Siaga Bencana ketika Pandemi” yang diselenggarakan KPC PEN, Jumat (26/11/2021).
“Masuk peralihan musim, potensi (bencana di Indonesia adalah) puting beliung, hujan lebat, bahkan hujan es. Pada puncak musim hujan, terjadi banjir, banjir bandang, dan longsor. Sementara musim panas, ada risiko hidrometeorologi kering seperti kekeringan dan kebakaran lahan,” paparnya.
Untuk membantu sejumlah daerah mengantisipasi datangnya bencana alam, BMKG memiliki sistem peringatan dini. Fachri mengatakan, informasi cuaca dan iklim BMKG terbagi tiga, yakni jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek.
Informasi jangka panjang dan menengah berisi prakiraan satu tahun, satu bulan, atau satu musim ke depan. Sementara, jangka pendek berisi prakiraan dalam hitungan jam.
Informasi tersebut kemudian didistribusikan kepada stakeholder melalui unit pelaksana teknis (UPT) BMKG yang tersebar di 34 provinsi, baik di level pusat maupun daerah.
Baca Juga: Chelsea Vs Manchester United - Hadapi Lawan Terkutuk, Cristiano Ronaldo Incar Gol Ke-800
“Kami terus meningkatkan resolusi dan akurasi informasi. Saat ini, perkiraan cuaca sudah dapat memprediksikan sampai tingkat kecamatan. Namun, paling penting adalah bagaimana respons masyarakat. Kalau masyarakat tidak menjadikannya pedoman dan tidak memahami informasi BMKG, tentunya percuma,” ujar Fachri.
Untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terkait dengan perubahan cuaca, BMKG juga terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Langkah ini diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk memahami informasi sekaligus tindakan yang harus diambil ketika mendapat peringatan dini bencana.
“Saat ini kami pendekatannya impact based forecasting. Kami memberi prakiraan, kemudian apa langkah yang harus dilakukan dan dampaknya dari situasi yang diinformasikan. Bisa dilihat di platform signature.bmkg.go.id,” katanya.
Pihaknya juga tengah gencar melakukan edukasi via media sosial guna melawan hoaks yang menginformasikan prediksi musim, fenomena alam, hingga kejadian bencana.
“Intinya seluruh upaya dilakukan guna mengurangi risiko saat bencana terjadi,” pungkasnya.
Editor | : | Sheila Respati |
Komentar