Masalah kedua terkait intensitas sepertinya sudah diketahui oleh publik sepakbola Indonesia.
Di babak pertama, Indonesia bisa menyulitkan lawan-lawan mereka untuk membangun serangan.
Setelah pergantian babak, lawan berani mengambil inisiatif dan menebar banyak ancaman sehingga detak jantung pencinta timnas berdegup kencang.
Masalah tersebut sebenarnya tercermin dari bagaimana tim-tim Liga 1 membangun intensitas pertandingan.
Pada era sepakbola yang semakin cepat dan proaktif, tim-tim Liga 1 masih memainkan pertandingan intensitas rendah yang tidak menghasilkan banyak peluang.
Baca Juga: Enggan Pikirkan Kehebatan PSIS Semarang, Persija Pilih Tetap Fokus pada Tim
Hal ini karena melihat kapasitas stamina pemain-pemain Indonesia dan tidak terbiasa tampil intensitas tinggi sejak usia muda.
Seringkali tim-tim Liga 1 selalu mengalami kebuntuan menyelesaikan serangan, karena minimnya opsi umpan di kotak penalti.
Tak heran ketika tampil di timnas, mereka akan diajari bermain dengan intensitas tinggi seperti Thailand dan Vietnam, lalu dipaksa bertahan di depan gawang sendiri.
Lawan-lawan terkuat mereka di Piala AFF U-23 hanya akan memperlakukan turnamen ini sebagai batu loncatan untuk tampil di SEA Games dan Piala Asia U-23 tahun ini.
Editor | : | Metta Rahma Melati |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar