BOLASPORT.COM - India Open 2022 dilanda kasus Covid-19. Penerapa protokol kesehatan yang kurang ketat menjadi perhatian.
India Open 2022 menjadi sorotan menyusul terkuaknya kasus Covid-19 yang menyebabkan 10 pertandingan babak kedua dibatalkan.
Kamis (13/1/2022), tujuh pemain dinyatakan positif mengidap Covid-19 menyusul keluarnya hasil tes RT-PCR wajib yang dilakukan dua hari sebelumnya.
Salah satunya adalah Kidambi Srikanth, mantan pemain tunggal putra nomor satu sekaligus andalan wakil tuan rumah untuk meraih gelar.
Baca Juga: India Open 2022 - BWF Umumkan 7 Pebulu Tangkis Positif Covid-19
Ditambah delapan pemain lain yang terlibat kontak (mayoritas pemain ganda), total ada 15 pemain yang gagal melanjutkan perjuangan mereka karenanya.
Keselamatan pemain tanah air pun menjadi perhatian.
Ada dua wakil Merah Putih ikut bertanding pada India Open 2022 yaitu Tommy Sugiarto (tunggal putra) dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan (ganda putra).
Sementara Tommy sudah tersingkir pada babak pertama, Ahsan/Hendra masih berjuang merebut gelar juara.
Baca Juga: Hasil India Open 2022 - Takluk dari Wakil Malaysia, Tommy Terhenti pada Babak Pertama
Ahsan/Hendra tentu khawatir. Mereka pun hanya bisa menjaga diri sendiri.
"Hanya hari ini lebih takut karena banyak yang positif Covid-19," ucap Hendra, melalui rilis yang diterima BolaSport.com dari Humas PP PBSI.
"Sekarang saya pasrah saja karena sudah di sini tapi tetap protokol kesehatannya dijaga seketat mungkin apalagi bila sedang di hall."
"Lebih banyak di kamar saja usai tanding bila tidak ada keperluan mendesak," terang pria kelahiran Pemalang itu.
Baca Juga: India Open 2022 - Ancaman COVID-19 Melanda, Ahsan/Hendra Pasrah dan Jaga Diri
Penerapan protokol kesehatan pada India Open 2022 bisa dibilang kurang ketat.
ESPN India melaporkan bahwa tidak ada sistem gelembung yang diterapkan pada turnamen bertaraf BWF World Tour Super 500 ini.
Padahal, New Delhi yang menjadi kota penyelenggara sedang mengalami puncak gelombang ketiga Covid-19 dengan 27 ribu kasus aktif.
Sistem gelembung menjadi salah satu protokol yang jamak diterapkan dalam sebuah event sejak kemunculan pandemi Covid-19.
Baca Juga: PBSI Resmikan Pelatnas Wilayah Barat di Medan
Sistem gelembung memastikan seluruh pihak yang terlibat dalam sebuah turnamen terisolasi dari dunia luar.
Umumnya sistem gelembung dilakukan dengan memusatkan kegiatan dan pertandingan di satu area dan membatasi kunjungan dari pihak luar.
Indonesia pada November lalu cukup berhasil dalam menggelar tur tiga turnamen beruntun pada Indonesia Badminton Festival menggunakan sistem gelembung.
Kala itu atlet, ofisial, dan panitia dikonsentrasikan di sebuah resort di Nusa Dua, Bali, selama hampir empat pekan beruntun (termasuk masa karantina).
Baca Juga: Perburuan Tiket Pelatnas Makin Panas, Banyak Unggulan Takluk pada Seleknas PBSI 2022
Ini berbeda dengan India Open 2022 di mana pemain dibebaskan untuk memilih tempat mereka menginap.
Pihak penyelenggara mengakui bahwa memusatkan seluruh peserta di sebuah hotel tidak memungkinkan.
Panitia hanya menanggung ongkos menginap 25 pemain/pasangan peringkat teratas dari setiap sektor di sebuah hotel bintang lima di Central Delhi.
Tarif menginap di hotel tersebut adalah 10 ribu rupee (hampir 2 juta rupiah) dan belum termasuk biaya untuk konsumsi.
Baca Juga: Ketua PBSI Bantah Isu Pihaknya Alami Masalah Keuangan
Nominal ini menjadi beban bagi para pemain muda lokal yang hampir mendominasi India Open 2022.
Beberapa pemain lantas dibebaskan untuk memilih hotel tempat mereka menginap, tinggal bersama kerabat pun diperbolehkan.
"Ya, tidak semua pemain menginap di hotel yang sama pada India Open," ucap panitia dari Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), dilansir dari ESPN.
"Akan tetapi pembatasan yang sama juga diterapkan, termasuk tidak ada yang boleh meninggalkan hotel untuk membeli makan atau makan di tempat."
"BWF bisa mengonfirmasi bahwa panitia tidak mengetahui bahwa ada pemain atau kelompok pemain yang melanggar peraturan atau pembatasan ini."
Baca Juga: Timnas Bulu Tangkis Indonesia Mundur dari 3 Turnamen di India, PBSI Ungkap Alasannya
Sulitnya memonitor aktivitas atlet secara menyeluruh membuat penerapan protokol kesehatan tergantung kepada kesadaran diri masing-masing pemain.
Tidak semua memandangnya secara negatif.
Beberapa pemain mengaku lebih senang mendapat kebebasan untuk memilih tempat menginap sambil menjaga keselamatan pribadi.
Baca Juga: Loh Kean Yew Dapat Rezeki Nomplok dari Konglomerat asal Indonesia
"Tidak menginap di hotel yang ditunjuk resmi juga berarti terhindar dari kerumunan pemain di ruang makan setiap pagi," tutur salah satu pemain.
"Itu adalah satu risiko yang bisa dihindari. Jadi mungkin aturan ini bagus."
Pemain dan ofisial hanya bisa mengetahui kondisi mereka melalui tes antigen yang berlangsung setiap hari sebelum memasuki arena.
Akurasi hasil tes antigen tidak bisa dijamin 100 persen.
Tujuh pemain yang dinyatakan positif terpapar Covid-19 tidak tahu menahu mengenai kondisi mereka sebelum hasil tes RT-PCR keluar.
Kidambi dkk. selalu mendapat hasil negatif dalam tes antigen selama dua hari beruntun. Mereka direncanakan akan menjalani tes RT-PCR ulang pada Jumat (14/1/2022).
Baca Juga: Ketua PBSI Klarifikasi Riuh Bonus Piala Thomas, 'Tak Ada Pengurus yang Nikmati Hadiah'
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | ESPN.in |
Komentar