BOLASPORT.COM - Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa status Pratama Arhan di Tokyo Verdy setara dengan para pemain berpaspor Jepang di J.League, bagaimana kisah di balik regulasi tersebut? Simak ulasannya.
Dalam regulasi resmi di J.League terkait pemain asing, setiap tim tidak ada batasan untuk mendaftarkan pemain asing.
Namun, hanya lima pemain asing saja yang berhak didaftarkan dalam setiap pertandingan di J.League.
Klausul itu tidak berlaku pada delapan negara, salah satunya Indonesia. Bagaimana aturan itu muncul? dan mengapa hal itu dilakukan?
Dalam situs resmi J.League, skema ini dinamai dengan "Strategi Asia" yang bertujuan untuk menjangkau pasar asia di J-League dan menaikkan level permainan Timnas Jepang.
Menurut situs resmi J.League, level permainan timnas Jepang saat ini tidaklah cukup untuk menantang tim-tim elit dunia dari Eropa dan Amerika Selatan.
Baca Juga: Kabar Gembira, Tayangan K-League Ditayangkan Secara Gratis di Indonesia
Saat ini, peringkat FIFA Jepang nangkring di posisi ke-23 dan prestasi terbaiknya di Piala Dunia baru menembus babak 16 besar pada tiga edisi (2002, 2010, dan 2018).
Sehingga, J.League butuh kerjasama dari negara-negara Asia untuk meningkatkan persaingan di level kontinental yang tentunya bakal mendorong Jepang untuk tampil lebih baik lagi.
Jauh sebelum strategi ini diimplementasikan secara penuh pada tahun 2012, Liga Jepang sudah mengadakan pertandingan All-Star melawan tim K-League All-Star.
Dan tim Albirex Niigata sejak 2004 sudah membuka cabangnya di Singapura dengan nama "Albirex Niigata Singapore".
Pada tahun 2012, J.League menggarap pasar Asia secara serius dengan mendirikan kantor urusan Asia (Asia Office).
Melalui pendirian kantor itu, J.League didaftarkan sebagai merk dagang oleh Kementrian Ekonomi Jepang untuk melakukan ekspansi bisnis.
Baca Juga: Kabar Gembira, Tayangan K-League Ditayangkan Secara Gratis di Indonesia
"Banyak perusahaan-perusahaan Jepang yang menargetkan Asia Tenggara dan J.League coba melakukan yang sama," kata Kepala Kantor Urusan Asia untuk J.League, Kei Kotama dikutip dari New York Times (5/3/2014).
"Kita mencoba untuk meningkatkan fan base dari J.League yang disaat bersamaan meningkatkan level persepakbolaan Asia, yang menguntungkan siapapun,"
J.League kemudian berinisiatif menjalin kerjasama dengan beberapa negara di Asia, khususnya Asia Tenggara yang punya pemirsa sepakbola yang besar.
Baca Juga: Pratama Arhan: Sejauh Apapun Berkarier di Luar Negeri, Bakal Kembali ke PSIS
Kerjasama ini meliputi kerjasama antar-kompetisi, kerjasama antar-klub, pertukaran pemain dan pelatih, hingga penyetaraan status dengan pemain berpaspor Jepang.
Di Asia Tenggara kerjasama ini diawali dari kerjasama J.League dengan Thai Premier League pada Februari 2012.
Sementara itu, untuk Indonesia sendiri perjanjian kerjasama itu ditandatangani pada 26 Januari 2014 antara J.League dengan PSSI di acara Kongres tahunan di Surabaya.
Baca Juga: Persija Jakarta Hadapi Persik Kediri, Syahrian Abimanyu Bicara Jujur soal Kekuatan Lawan
"Kerja sama ini menguntungkan karena bisa melakukan pertukaran pemain. Talenta-talenta Indonesia bisa bermain di J.League, begitu pun sebaliknya," kata Joko Driyono, Jumat (24/1/2014) dilansir dari Juara.net.
"Selain itu, juga menguntungkan dari segi pengembangan kompetisi, bisnis, dan pembinaan sepak bola Indonesia," sambungnya.
Sebagai bagian dari kerjasama, tiga pemain Indonesia telah melakukan trial di klub-klub Jepang pada musim 2014.
Andik Vermansah, Syakir Sulaiman, dan Irfan Bachdim melakukan trial di Ventforet Kofu.
Irfan Bachdim kemudian lolos dari trial dan bermain di J.League selama dua musim.
Pencapaian Bachdim kemudian disusul oleh Stefano Lilipaly, yang datang dari Erstee Divisie Belanda (Liga Kasta Kedua Belanda).
Berkat kerjasama itulah, status pemain Indonesia disetarakan dengan para pemain berpaspor Jepang lainnya di J.League.
Diharapkan Pratama Arhan bakal membuka gerbong kepindahan banyak talenta Indonesia ke Liga Jepang di masa depan.
Editor | : | Bagas Reza Murti |
Sumber | : | New York Times, juara.net, jleague.jp |
Komentar