“Ada saatnya ketika ada anak laki-laki yang dalam kondisi lebih baik, ada yang meminta untuk bermain dengan fakta dan dari saran pelatih.”
“Sisi kami mencari keseimbangan dan mengimbangi bagian emosional dari masing-masing dari mereka yang bermain dan tidak bermain.”
“Lalu kemudian ada grup. Grup itulah yang akhirnya membentuk tim. Dan jika ada grup yang kuat, pasti mereka ada. hampir selalu teratasi dengan baik", tutur sang pelatih melanjutkan.
Baca Juga: Hijrah dari Eropa, Kompatriot Lionel Messi Malah Jadi Pemain Toxic di MLS
Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik
channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P
Editor | : | Bonifasius Anggit Putra Pratama |
Sumber | : | Mundo Deportivo |
Komentar