BOLASPORT.COM - Mantan direktur olahraga Bayern Muenchen, Matthias Sammer, membeberkan kelemahan terbesar Pep Guardiola selama berkarier sebagai pelatih.
Pep Guardiola memulai debut sebagai pelatih pada 2008 di klub masa mudanya, Barcelona.
Ia langsung menggebrak dengan membawa Barcelona merebut tiga trofi sekaligus pada akhir musim 2008-2009 yaitu Liga Spanyol, Copa del Rey dan Liga Champions.
Prestasi Barcelona yang sempat redup kembali benderang bersama Guardiola sebagai juru taktik.
Pep Guardiola lalu mundur pada 2012 dan cuti selama satu tahun, sebelum kembali melatih pada 2013.
Ia memilih Bayern Muenchen sebagai klub barunya.
Bayern Muenchen pun mengecap sejumlah prestasi, termasuk tiga titel Liga Jerman dan dua Piala DFB Pokal.
Manchester City menjadi klub perhentian Pep Guardiola selanjutnya sejak musim 2016-2017 hingga saat ini.
Total, The Sky Blues sudah mengecap tiga titel Liga Inggris, satu Piala FA, dan tiga Piala Liga Inggris bersama pria asal Santpedor, Spanyol itu.
Baca Juga: Sempat Berkarier di Bundesliga, Pep Guardiola Ternyata Benci Gaya Sepak Bola Jerman
Pep Guardiola pun membawa Manchester City ke final Liga Champions musim 2020-2021 sebelum dikalahkan Chelsea 0-1 pada laga puncak.
Deretan prestasi itu membuat Pep Guardiola kerap direken sebagai salah satu pelatih terbaik di Eropa dan dunia saat ini.
Kendati demikian, Pep Guardiola pun bukan tanpa kelemahan.
Baca Juga: Ikut Komentari Konflik Rusia-Ukraina, Pep Guardiola: Negara-negara Eropa Sudah Gagal
Matthias Sammer tahu betul hal tersebut.
Sammer bekerja dengan Pep Guardiola selama tiga tahun di Bayern Muenchen.
“Pep Guardiola salah satu sumber inspirasi terpenting sepak bola modern. Filosofi penguasaan bola yang ia terapkan, serta perubahan posisi pemain sangat brilian,” kata Sammer dalam wawancara dengan FAZ.
Baca Juga: Apakah Ronaldo Bisa Berikan Penyesalan pada Guardiola di Derbi Manchester ?
Hanya saja, Guardiola punya satu hal yang tidak bisa ia lakukan saat di Bayern Muenchen.
“Di Muenchen, kami tidak bisa mengaktifkan kekuatan itu hingga 100 persen. Pep selalu punya analisis yang benar. Perhitungannya selalu tepat," ucap Sammer.
“Namun, akibatnya, tim Bayern Muenchen berhenti berpikir sejenak. Dalam menjalankan prosesnya, Pep tidak memberi ruang untuk Bayern bertumbuh.”
“Karena itulah para pemain tidak bisa mengambil inisiatif sendiri agar taktik Guardiola berjalan 100 persen,” tutur mantan pelatih Borussia Dortmund itu.
Hal tersebut yang dinilai Matthias Sammer membuat Pep Guardiola belum sukses memenangi Liga Champions setelah dia hengkang dari Barcelona.
Matthias Sammer membandingkan dengan pelatih seperti Jupp Heynckes atau Ottmar Hitzfeld, dua pendahulu Pep Guardiola di kursi pelatih Die Roten, julukan Bayern Muenchen.
Baik Hitzfeld maupun Heynckes sama-sama sukses membawa Bayern Muenchen juara di Liga Champions.
“Rahasia pemimpin hebat seperti Ottmar Hitzfeld dan Jupp Heynckes adalah mereka memberikan ruang untuk tim untuk mandiri,” ucap Matthias Sammer lagi.
Pep Guardiola masih punya kesempatan menutup musim 2021-2022 dengan tiga trofi juara.
Man City masih menguasai klasemen Liga Inggris serta berkompetisi di Piala FA dan Liga Champions.
Editor | : | Ade Jayadireja |
Sumber | : | Goal International |
Komentar